Ankara, Monitorindonesia.com – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa Amerika Serikat harus membayar kerugian dan konsekuensi akibat penarikan pasukan yang tidak mulus dari Afghanistan.
Erdogan beralasan penarikan pasukan AS dan sekutu setelah dua dekade menduduki Afghanistan menjadi salah satu pemicu Taliban kembali berkuasa. Kebangkitan Taliban ke pucuk kekuasaan pun dikhawatirkan memicu Afghanistan kembali menjadi sebagai sarang aktivitas terorisme hingga mendorong gelombang pengungsi.
“Kemana para pengungsi ini akan pergi sekarang? Tidak terbayangkan bagi Turki untuk membuka pintu dan menerima mereka,” paparnya seperti dikutip kantor berita Truki Anadolu Agency, Jumat (24/9/2021).
Erdogan telah berulangkali menolak menerima pengungsi Afghanistan. Dia berdalih bahwa selama ini Turki kewalahan menanmpung sekitar lima juta pengungsi termasuk dari 3,7 juta orang dari Suriah dan 420 ribu pengungsi Afghanistan.
Dalam wawancara di sela-sela Majelis Umum PBB Ke-76 di New York itu, Biden mengaku relasi AS-Turki tidak begitu mulus saat Presiden Joe Biden menjabat di Gedung Putih pada Januari 2021 lalu. Dia pun mengaku relasinya berjalan lebih baik dengan para pendahulu Biden, termasuk dengan Presiden Donald Trump.
“Keinginan saya adalah untuk memiliki hubungan persahabatan dan tidak bermusuhan dengan Amerika Serikat. Tetapi bagaimana keadaan antara dua sekutu NATO ini sekarang tidak terlalu menguntungkan,” kata Erdogan.
Erdogan lantas mengatakan dirinya “telah berhubungan dan bekerja sama dengan baik” dengan para pendahulu Biden seperti Presiden George W. Bush, Barack Obama, hingga Trump.
“Tapi saya tidak bisa mengatakan bahwa semuanya dimulai dengan baik (saat berhubungan) dengan Presiden Biden,” ucap Erdogan.[Yohana RJ]
Discussion about this post