Monitorindonesia.com – Sekjen Forum Indonesia untuk Transparan Anggaran (FITRA), Misbah Hasan, meminta agar pengelolaan dana hibah KONI DKI diaudit investigasi.
Alasannya, menurut Misbah, dengan dana anggaran lebih besar dari provinsi lain namun kontingen DKI gagal mempersembahkan juara umum di PON Papua XX. DKI hanya menempati peringkat kedua di bawah Jawa Barat sebagai juara umum.
Dana hibah DKI paling besar dibandingkan pesaing lain mencapai Rp 410 milyar. Jawa Barat mendapatkan Rp 248 milyar, lalu Jawa Timur hanya Rp 210 milyar.
“Agar menjadi terang benderang, perlu audit investigatif terhadap penggunaan dana PON tersebut,” kata Misbah kepada Monitorindinesia.com di Jakarta, Sabtu (23/10/2021).
Selain itu, dia menilai Pemerintah DKI tidak memiliki konsep jitu dalam pengembangan dan pembinaan olahraga di DKI sehingga selalu tertinggal dari Jawa Barat. Baik dalam PON XIX maupun PON ke XX di Papua.
“Pertama, dalam visi misi Gubernur DKI Anies Baswedan, olahraga bukan menjadi prioritas utama pencapaian pembangunan di DKI; Kedua, Pemprov. DKI hanya mengejar ‘prestise’ infrastruktur olahraga, sementara pembinaan atlet cenderung diabaikan. Hal ini terlihat dari minimnya pelatih atlet yang berkualitas di beberapa cabang olahraga yang gagal menyumbangkan medali emas,” paparnya.
Berdasar dua hal tersebut, Misbah menambahkan, tidak heran bila anggaran PON DKI yang sangat besar tersebut bahkan dua kali lipatnya anggaran PON Jawa Barat dan Jawa Tengah, tidak mampu mengatrol DKI menjadi juara umum PON XXX. “Perolehan medali emasnya pun turun dibanding dengan perolehan medali emas PON XIX,” tandasnya.
Sebagai informasi, DKI Jakarta hanya menempati posisi kedua pada PON Papua. Pada hasil akhir PON Papua, Jawa Barat berhasil menduduki peringkat pertama perolehan medali dan ditetapkan sebagai juara umum. Di peringkat ketiga, menyusul Jawa Timur. (Zat)
Discussion about this post