London, Monitorindonesia.com – Subvarian delta (Delta AY.4.2) ditetapkan sebagai varian dalam penyelidikan (VUI) pada 20 Oktober 2021 dan resmi dinamai VUI-21OCT-01. Ada sejumlah bukti awal bahwa mutasi itu kemungkinan memiliki tingkat perkembangan yang tinggi di Inggris ketimbang delta. Demikian diungkapkan Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) pada Jumat (22/10/2021).
Subvarian tersebut, menurut UKHSA menjadi semakin sering ditemukan di Inggris dalam beberapa bulan terakhir.
Tercatat hingga 20 Oktober tahun ini sudah 15.120 kasus terkonfirmasi subvarian delta di Inggris sejak pertama kali ditemukan pada Juli. Subvarian tersebut menyumbang sekitar 6 persen dari total kasus selama sepekan terakhir. Kasus dikonfirmasi lewat pengurutan genom di sembilan kawasan Inggris.
Dari data ini disimpulkan bahwa varian delta versi yang asli memang masih lebih dominan di negara tersebut, yakni hampir 99,8 persen dari total kasus. Namun demikian, UKHSA mengatakan sedang mengawasi mutasi baru secara cermat.
Meski bukti masih bermunculan, sejauh ini subvarian tersebut tampaknya tidak menyebabkan penyakit menjadi lebih parah atau membuat vaksin yang digunakan saat ini menjadi kurang ampuh.
“Virus kerap bermutasi secara acak, dan tidak disangka bahwa varian-varian baru akan terus muncul selama pandemi berlangsung, terutama saat angka kasus masih tinggi,” kata CEO UKHSA Dr Jenny Harries.
Berdasarkan data terkini, lebih dari 86 persen orang berusia 12 ke atas di Inggris sudah mendapatkan dosis pertama vaksin dan sekitar 79 persen telah menerima dosis kedua.
Sumber: Reuters
Discussion about this post