Jakarta, MI – Mantan anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Kholis (40) menceritakan riwayat insiden bom bunuh diri yang terjadi di Polsek Astanaanyar, Bandung, Jawa Barat pada Rabu (7/12) lalu.
“Kejadian Polsek Astanaanyar (pelakunya) bagian dari kami dulu,” kata Kholis saat Silaturahmi Kebangsaan Forkompimda dengan Mitra Deradikalisasi di gedung DPRD Banyumas, Jawa Tengah, Senin (19/12).
Kholis mengatakan, aksi semacam itu merupakan sebuah runititas bagi kelompoknya dahulu.
“Aksi seperti itu sudah menjadi rutinitas ketika ada momen. Saya ngomong seperti ini karena menyadari betul itu sebuah kesalahan, saya ingin kembali ke NKRI,” ungkap Kholis.
Menurut Kholis, aksi bom bunuh diri dilakukan atas perintah pimpinan JAD di Suriah.
“Ketika melakukan aksi karena ada perintah pimpinan pusat di Suriah. ‘Seranglah singgasana toghut di negara kalian’. Thogut adalah kekuasaan yang tidak berdasarkan hukum islam, termasuk polisi dan TNI,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, mantan narapidana terorisme (Napiter) ini menceritakan, pada 2015 bergabung dengan para jihadis di Poso, Sulawesi Tengah.
“Saya mulai ikut kajian 2010. Pada tahun 2015 ada huru-hara di Suriah, saya ditawari ke Suriah atau Poso, saya memilih ke Poso,” ujarnya.
Namun karena paspornya tak kunjung keluar, tepat setelah Idul Fitri 2015, Kholis berangkat ke Poso. Di Poso, ia bertugas pada bagian logistik untuk mem-backup rekan-rekannya di Poso pesisir.
Namun, tak lama setelah bergabung Kholis akhirnya ditangkap pada 19 Januari 2016. Ia kemudian divonis 4 tahun 3 bulan dan mendekam di Lapas Kupang.
Sementara itu, mantan napiter lain Sidiq (38) yang hadir dalam acara tersebut mengajak rekan-rekannya untuk bergabung kembali dengan NKRI.
“Saya mengajak kepada rekan-rekan yang masih berpaham ektrem segera bertaubat karena islam itu rahamatan lilalamin,” kata Sidiq yang pernah mendekam di Lapas Besi Nusakambangan.
Bupati Banyumas Achmad Husein pun mengapresiasi keduanya, yang telah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
#bom bunuh diri