• Home
  • Nasional
  • Nusantara
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Index
  • Mi Podcast
  • MI Channel
Menu
  • Home
  • Nasional
  • Nusantara
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Index
  • Mi Podcast
  • MI Channel
Search
Close
Search
Close
  • Home
  • Nasional
  • Nusantara
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Index
  • Mi Podcast
  • MI Channel
Menu
  • Home
  • Nasional
  • Nusantara
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Index
  • Mi Podcast
  • MI Channel
Home Ragam Opini

Migrasi dan Kesejahteraan Semu “Pseudo Prosperity”

Nicolas by Nicolas
18/01/2023 10:21
in Opini
Migrasi, Kemiskinan Agraria

Dr. Martua Sihaloho.[Foto: Ist]

Oleh: Dr. Martua Sihaloho, SP, M.Si
Dosen Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Kristen (FISHK), Institut Agama Kristen Negeri Tarutung (IAKN) – Sumatera Utara.

SEJAK tahun 1970-an, migrasi internal dan internasional telah menjadi pilihan strategi nafkah rumah tangga miskin pedesaan Jawa Barat. Pelaku migrasi didominasi oleh rumah tangga petani dari lapisan bawah.

Migrasi tidak hanya menjadi strategi nafkah bagi rumah tangga miskin-lapisan bawah saja, melainkan strategi nafkah untuk lapisan menengah dan atas. Sebagai sebuah strategi nafkah, didentifikasi lima tipologi rumahtangga berdasarkan gerak penduduk dan strategi nafkahnya yaitu:

(1) Strategi survival non migran (22,67%); (2) Strategi survival migran (42,82%); (3) Strategi adaptif dan bertahan pada simbol kesejahteraan baru (15,16%); (4) Strategi mencapai simbol kesejahteraan baru (15,45%); dan (5) Strategi melampaui simbol kesejahteraan baru (3,90%).

Alasan-alasan penduduk menjadi migran adalah (1) tidak akses terhadap sumberdaya agraria lokal, (2) kesulitan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, (3) kesempatan bekerja dan upah yang rendah di Indonesia sementara kesempatan kerja di negara tujuan termasuk tinggi, (4) kisah sukses migran dari tetangga, dan (5) kondisi perekonomian nasional utamanya krisis ekonomi tahun 1997/1998.

BacaJuga

Ekonomi Global Membaik, Perppu Cipta Kerja Wajib Batal

Menuju Keadilan Agraria

Meskipun rumah tangganya tidak akses pada sumberdaya agraria lokal, pilihan migrasi internal sudah dilakukan oleh masyarakat desa sebagai upaya untuk survival. Akan tetapi, sebagian kecil masyarakat memilih tidak melakukan migrasi dan tetap mencari nafkah di luar desa mendorong rumah tangganya melakukan beragam pekerjaan baik tetap di pertanian maupun non pertanian, dan sifatnya “serabutan” utamanya masyarakat dari kelompok lapisan bawah.

Pilihan migrasi internasional adalah negara-negara Arab (89,47%) dan negara-negara Asia (10,53%). Meskipun umumnya hanya melakukan kontrak satu kali (89,57%), masyarakat desa telah membudayakan migrasi sebagai strategi nafkah. Selanjutnya, pilihan untuk migrasi internal adalah umumnya kota Jakarta, Tangerang, Bandung, dan lain-lain.

Pelaku migrasi internasional umumnya adalah perempuan (85,60%) dan laki-laki (14,40%) dan pelaku migrasi internal umumnya adalah laki-laki (91%) dan perempuan (9%). Untuk migrasi internasional perempuan lebih migratory dan untuk migrasi internal laki-laki lebih migratory.

Memiliki rumah dan lahan pertanian merupakan simbol kesejahteraan di aras masyarakat. Penggunaan remitan dapat mencapai, bahkan melampaui simbol kesejahteraan dan selanjutnya mendinamisasi realitas sosial di aras masyarakat yang ditunjukkan dengan adanya mobilitas sosial horizontal dan mobilitas sosial vertikal (naik dan turun).

Fenomena Migrasi

Berkaitan dengan fenomena migrasi ini, fakta empiris menunjukkan bahwa (1) membudayakan migrasi sebagai strategi nafkah, (2) terjadi krisis agraria dan kebutuhan daya dukung eksternal, (3) kemiskinan permasalahan multi-dimensional, (4) penggunaan remitan untuk mencapai simbol kesejahteraan, (5) mobilitas sosial terjadi melalui penggunaan remitan, (6) kesejahteraan dan pendapatan sifatnya sementara/tidak mengalami peningkatan), (7) pewarisan lahan berdasarkan nilai-nilai budaya sebagai jaminan kesejahteraan, dan (8) ketidakmampuan masyarakat desa membeli lahan.

Secara singkat, pada prinsipnya migrasi (baik internal maupun internasional), mampu meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat pedesaan. Akan tetapi, satu hal yang menarik yang dapat dirumuskan sebagai gagasan yang memerlukan solusi ke depan adalah realitas kesejahteraan semu (pseudo prosperity).

Pseudo prosperity adalah kesejahteraan yang tampak pada ciri fisik kepemilikan rumah (bersifat simbolik) saja, namun sesungguhnya masih termasuk kategori miskin jika dilihat dari ukuran pendapatan sesuai kriteria Badan Pusat Statistik dan Bank Dunia.

Selanjutnya, implikasi kebijakan bagi stakeholders yang relevan hingga saat ini adalah agar saling sinergi dalam mengatasi permasalahan kemiskinan. Contohnya adalah (1) sangat perlu hati-hati dalam mengambil keputusan moratorium Tenaga Kerja Indonesia (TKI), (2) membuka lapangan kerja baru (termasuk untuk eks migran), dan (3) aksi konkrit stakeholders untuk mengakselerasi capaian kesejahteraan yang sesungguhnya. Kesejahteraan yang sesungguhnya merupakan harapan semua stakeholders, utamanya harapan masyarakat miskin.***

Baca Juga

  1. Menginovasi Aplikasi Teknologi Informasi Ketenagakerjaan
Tags: IAKNMigrasi dan Kesejahteraan SemuPseudo Prosperity
Previous Post

Ruangan M Taufik Digeledah, Gerindra: Bukan Kader Lagi, Usut Tuntas!

Next Post

Keluarga Brigadir J Harap Bharada E Diberi Keringanan Hukuman

Related Posts

Prof. Yusuf Leonard Henuk, Tolak Perubahan IAKN Tarutung Menjadi UNTARA
Nusantara

Prof. Yusuf Leonard Henuk, Tolak Perubahan IAKN Tarutung Menjadi UNTARA

10/04/2021 02:00
Next Post
Ferdy Sambo Emosi, Putri Candrawathi, Bharada E, Romo Magnis, Richard Eliezer, Keluarga Brigadir J

Keluarga Brigadir J Harap Bharada E Diberi Keringanan Hukuman

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Danpaspampres

Ini Alasan Panglima TNI Mutasi Danpaspampres

03/02/2023 15:19
Jaksa Penuntut Setya Novanto 'Mudik' ke Kejagung

Jaksa Penuntut Setya Novanto ‘Mudik’ ke Kejagung

03/02/2023 20:01
August Hamonangan Murka ke Dinas Citata DKI Jakarta, Soal Apa?

August Hamonangan Murka ke Dinas Citata DKI Jakarta, Soal Apa?

03/02/2023 13:52
PSI Apresiasi Pemerintah Prioritaskan Belanja APBN 2023 Dukung Kualitas Pertumbuhan

PSI Apresiasi Pemerintah Prioritaskan Belanja APBN 2023 Dukung Kualitas Pertumbuhan

03/02/2023 14:30
Birokrasi Perizinan Bertele-tele Bikin Indeks Persepsi Korupsi Menurun!

Birokrasi Perizinan Bertele-tele Bikin Indeks Persepsi Korupsi Menurun!

04/02/2023 03:07
KY Umumkan Nama-nama Calon Hakim Agung Lolos Seleksi

KY Umumkan Nama-nama Calon Hakim Agung Lolos Seleksi

04/02/2023 02:36
Gerah dengan Tuntutan Richard! Mantan Hakim Ini Tantang Jaksa Agung Debat

Gerah dengan Tuntutan Richard! Mantan Hakim Ini Tantang Jaksa Agung Debat

04/02/2023 01:31
Hasya

Soal Hasil Rekonstruksi Ulang Kasus Hasya, Polisi Bilang Begini 

04/02/2023 00:40

Recent News

Birokrasi Perizinan Bertele-tele Bikin Indeks Persepsi Korupsi Menurun!

Birokrasi Perizinan Bertele-tele Bikin Indeks Persepsi Korupsi Menurun!

04/02/2023 03:07
KY Umumkan Nama-nama Calon Hakim Agung Lolos Seleksi

KY Umumkan Nama-nama Calon Hakim Agung Lolos Seleksi

04/02/2023 02:36
Gerah dengan Tuntutan Richard! Mantan Hakim Ini Tantang Jaksa Agung Debat

Gerah dengan Tuntutan Richard! Mantan Hakim Ini Tantang Jaksa Agung Debat

04/02/2023 01:31
Hasya

Soal Hasil Rekonstruksi Ulang Kasus Hasya, Polisi Bilang Begini 

04/02/2023 00:40

Follow Us

Facebook Twitter Youtube Instagram Tiktok

Telusuri

Download Sekarang

Sport

Bola

Hiburan

Health

Lifestyle

Hobi

Pendidikan

Teknologi

Otomotif

Global

Metropolitan

Rubrik

All Rights Reserved by monitorindonesia.com © 2022

  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Kode Etik
  • S0P Wartawan
  • Disclaimer
  • Dewan Pers
  • Pedoman Pemberitaan

Follow Us

Facebook Twitter Youtube Instagram Tiktok

Telusuri

Sport

Bola

Hiburan

Health

Lifestyle

Hobi

Pendidikan

Teknologi

Otomotif

Global

Metropolitan

Rubrik

Download Sekarang

Redaksi • Tentang Kami • Kode Etik • SOP Wartawan • Disclaimer • Dewan Pers • Pedoman Pemberitaan

All Rights Reserved by monitorindonesia.com © 2022

top-scroll