AAPP: 1.000 Warga Sipil Tewas Akibat Kudeta Myanmar

mbahdot
mbahdot
Diperbarui 19 Agustus 2021 08:52 WIB
Monitorindonesia.com - Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) menyebut pasukan keamanan Myanmar telah membunuh lebih dari 1.000 warga sipil sejak militer menggulingkan Aung San Suu Kyi dari kekuasaan enam bulan lalu. Seperti dilansir Channel New Asia, Kamis (19/8/2021), negara itu berada dalam kekacauan sejak 1 Februari, ketika angkatan bersenjata merebut kekuasaan dalam kudeta kilat, memicu perbedaan pendapat ketika para pengunjuk rasa menuntut kembalinya demokrasi. Pasukan keamanan menanggapi dengan tindakan keras berdarah, menggunakan peluru tajam terhadap warga sipil. Tetapi massa anti-junta membentuk kelompok-kelompok pembelaan diri dan masih turun ke jalan setiap hari. Sekretaris AAPP Ko Bo Gyi mengatakan, jumlah orang yang dibunuh oleh pasukan keamanan mencapai 1.006 pada hari Rabu (18/8/2021). “Selama militer berkuasa, mereka akan terus membunuh pemuda, profesional seperti dokter dan guru, pria, wanita dan anak-anak,” kata Ko Bo Gyi sebagaimana dikutip Channel New Asia. “Mereka tidak hanya membunuh hidup kita tetapi juga masa depan negara dan harapan demokrasi.” tambahnya. Krisis kesehatan telah diperburuk oleh kurangnya perawatan medis formal karena banyak rumah sakit telah dikosongkan dari staf yang bergabung dengan pemogokan nasional melawan junta. Pasien juga enggan pergi ke rumah sakit yang dikelola militer, membuat antrean panjang untuk oksigen dan pasokan medis di apotek di seluruh Yangon. Sejauh ini, Myanmar telah mencatat lebih dari 363.000 kasus dan 13.786 kematian akibat Covid. Junta telah berulang kali membenarkan kudeta dengan menuduh kecurangan yang meluas dalam pemilihan 2020 dan memberikan angka kematian warga sipil yang jauh lebih rendah. Pihak berwenang mengatakan pada Juni 2021, lebih dari 90 anggota pasukan keamanan tewas dalam bentrokan. #myanmar

Topik:

myanmar AAPP