Cuaca di Indonesia Terasa Sangat Panas? Ini Penjelasan BMKG

Rekha Anstarida

Diperbarui 23 April 2023 12:44 WIB

Cuaca di Indonesia Terasa Sangat Panas? Ini Penjelasan BMKG

Jakarta, MI - Suhu panas terasa di beberapa daerah di Indonesia. Suhu udara terasa sangat panas dalam beberapa hari terakhir, utamanya dirasakan pada siang hari. Terkait hal itu, ternyata pada 20 Maret 2023, BMKG telah menyatakan, fenomena perubahan iklim semakin mengkhawatirkan. "Fenomena perubahan iklim makin mengkhawatirkan lho. Ini bisa dilihat dari maraknya bencana hidrometeorologi di dunia dan suhu udara yang lebih panas," dikutip dari akun twitter BMKG. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati pada Maret 2023 juga telah menjelaskan bahwa, tahun 2016 merupakan tahun terpanas untuk Indonesia, dengan nilai anomali sebesar 0.8 °C sepanjang periode pengamatan 1981 hingga 2020. Di tahun 2019, Indonesia berada di peringkat ketiga dengan nilai anomali 0,6 C. Sementara di tahun 2020, Indonesia menempati urutan kedua tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0.7 °C. World Meteorological Organization (WMO) dalam State of the Climate 2022 yang terbit awal 2023 menyebutkan bahwa tahun 2022 menempati peringkat ke-6 tahun terpanas dunia. Periode 2015-2022 menjadi 8 tahun terpanas dalam catatan WMO. Pada awal Desember 2020 juga menempatkan tahun 2016 sebagai tahun terpanas (peringkat pertama), dengan tahun 2020 sedang on-the-track menuju salah satu dari tiga tahun terpanas yang pernah dicatat. "Secara berurutan tahun-tahun tersebut adalah: 2016, 2020, 2019, 2017, 2015, 2022, 2021, 2018. Tahun 2016 merupakan tahun dengan suhu global terpanas sepanjang catatan WMO dengan anomali sebesar 1,2°C terhadap periode revolusi industri," kata Dwikorita dikutip dari siaran pers BMKG. "Kondisi terpanas itu dipicu oleh tren pemanasan global yang diamplifikasi oleh kejadian anomali iklim El Nino," lanjutnya. Kondisi ini pula yang mengakibatkan lebih cepat mencairnya salju abadi di Puncak Jaya, Papua. Bila awalnya luasan salju abadi sekitar 200 km persegi, maka kini hanya menyisakan 2 km persegi atau tinggal 1% saja. Salju dan es abadi di Puncak Jaya sendiri merupakan keunikan yang dimiliki Indonesia, mengingat wilayah Nusantara beriklim tropis. Lebih lanjut, Dwikorita mengatakan bahwa akibat perubahan iklim, kejadian-kejadian ekstrem lebih kerap terjadi, terutama kekeringan dan banjir. Jika sebelumnya rentang waktu kejadian berkisar 50 - 100 tahun, maka kini rentang waktu menjadi semakin pendek atau frekuensinya semakin sering terjadi dengan intensitas yang lebih tinggi atau durasi yang semakin panjang. "Contoh nyata di Indonesia adalah kemunculan siklon tropis Seroja yang mengakibatkan bencana banjir bandang dan longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT) April 2021 lalu. Padahal fenomena siklon bisa dikatakan sangat jarang terjadi terbentuk di wilayah tropis seperti Indonesia. Namun, selama 10 tahun terakhir kejadian siklon tropis semakin sering terjadi," paparnya. "Yang terbaru adalah bencana tanah longsor yang terjadi di Natuna yang mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia. Jika situasi ini terus berlanjut, maka Indonesia akan jauh lebih sering dilanda cuaca ekstrem dan bencana yang tidak hanya menimbulkan kerugian materiil namun juga korban jiwa," tambah Dwikorita.

Topik:

BMKG cuaca panas

Cuaca di Indonesia Terasa Sangat Panas? Ini Penjelasan BMKG

Berita Sebelumnya

Prakiraan Cuaca BMKG: Jaksel dan Jaktim Diguyur Hujan Disertai Petir pada Minggu Siang

Berita Selanjutnya

Prakiraan Cuaca BMKG: Sebagian Wilayah Jakarta Diguyur Hujan pada Senin Siang

Berita Terkait

Sukabumi Diguncang 38 Kali Gempa Susulan Hingga Sore Ini

5 Rumah Rusak Akibat Gempa Magnitudo 3,8 di Sukabumi

Bali Dilanda Banjir Terbesar dalam 10 Tahun, BMKG Soroti Dampak Alih Fungsi Lahan

62 Persen Wilayah Indonesia Masuki Musim Kemarau

Delapan Gempa Susulan Guncang Bekasi Sejak Rabu Malam

Tak Ada Korban dan Kerusakan dalam Gempa Bekasi M 4,9

ekonomi

politik

hukum

pendidikan

olahraga

nasional

global

hiburan

tech

kesehatan

cuaca

opini

lifestyle

investigasi

metropolitan

ragam

anti-hoaks

Redaksi

Tentang Kami

Kode Etik

SOP

Penafian

Dewan Pers

Pedoman

Kontak Kami

Pertanyaan

Kebijakan

S&K