Kurs Rupiah dan Mata Uang Asia Menguat Pagi Ini

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 27 November 2023 10:00 WIB
Ilustrasi Rupiah dan Dolar (Foto: Thinkstocks)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar (Foto: Thinkstocks)

Jakarta, MI - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi (27/11), menguat sebesar 25 poin atau 0,16 persen menjadi Rp15.540 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.565 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, pada 09.02 WIB, nilai tukar rupiah menguat 0,16% atau 25 poin ke level Rp15.540 per dolar AS.

 Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang utama tercatat melemah 0,05% atau 0,05 poin ke 103,35.

Pada saat sama, yen Jepang menguat 0,19%, dolar Taiwan terapresiasi 0,12%, won Korea Selatan naik 0,25%, yuan China juga naik tipis 0,04%, dan ringgit Malaysia menguat 0,15%.

Pada penutupan akhir pekan, Jumat (24/11), nilai tukar rupiah ditutup melemah di hadapan dolar AS. Keperkasaan dolar AS juga berdampak pada mayoritas mata uang Asia lainnya.  rupiah melemah 0,08% atau 12 poin ke level Rp15.565 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS juga turun 0,20% atau 0,21 poin ke 103,71.

Sebelunya, rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia menghasilkan keputusan untuk menahan suku bunga acuan di level 6% hingga November 2023. Selain itu, BI juga menahan suku bunga layanan deposit sebesar 5,25 persen dan suku bunga layanan pinjaman sebesar 6,75%.

Keputusan tersebut, menurut Direktur Indosukses Futures Maruli Tua Sinambela menciptakan kepastian dan kestabilan bagi perekonomian dalam negeri dan memperkuat nilai tukar rupiah.

“Kestabilan suku bunga dapat memperkuat rupiah karena memberikan sinyal kepada pasar bahwa Bank Indonesia berkomitmen untuk menjaga inflasi dan stabilitas ekonomi. Namun, fluktuasi tetap mungkin terjadi tergantung pada perubahan ekspektasi pasar, jelas Maruli kepada MonitorIndonesia.com, Kamis (23/11).

Menurut dia sejumlah data ekonomi yang dirilis baru baru ini memberikan gambaran yang menggembirakan bagi  perekonomian Indonesia, memunculkan potensi dampak penting pada nilai mata uang rupiah.

“Menurut data terkini, pertumbuhan pinjaman (YoY) pada bulan Oktober mencapai 8.99%, melampaui ekspektasi sebelumnya sebesar 8.96%. Pencapaian ini bukan hanya mencerminkan kepercayaan konsumen, tetapi juga menunjukkan fondasi yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan” Ungkap Maruli.

“Sentimen positif ini dapat memicu penguatan nilai Rupiah,” tutupnya.(Ran)