Defisit Beras 2,8 Juta Ton, Indonesia akan Import dari China

Zefry Andalas
Zefry Andalas
Diperbarui 18 Januari 2024 21:37 WIB
Buruh Pelabuhan Menurunkan Beras Impor (Foto: ANTARA)
Buruh Pelabuhan Menurunkan Beras Impor (Foto: ANTARA)

Jakarta, MI - Presiden Joko Widodo (Jokowi), mengumpulkan menteri-menteri di istana guna membahas defisit beras 2,8 juta ton yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyampaikan, rapat itu membahas langkah-langkah penanganan tentang defisit beras.

"Dari kerangka sampel area yang dikeluarkan BPS memang Januari dan Februari itu kalau ditotal dari kebutuhan versus produksi ada gap sekitar 2,8 juta ton," kata Arief usai rapat dengan Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (18/1).

Dia menjelaskan kebutuhan beras Indonesia per bulan mencapai 2,6 juta ton, sedangkan penghasilan beras nasional pada Januari hanya sekitar 1 juta ton

Dalam mengatasi persoalan itu, Arief menyampaikan pemerintah sudah membuat beberapa kebijakan seperti impor 2 juta ton dari Vietnam dan Thailand seperti yang sudah diputuskan Jokowi akhir 2023 lalu.

Lebih lanjut, Arief mengatakan pemerintah juga masih mencari opsi impor beras tambahan. Ia akan menjajaki kemungkinan impor beras dari China.

"Kami melaporkan bahwa akan follow up beberapa yang sudah dengan Pak Presiden yang dari China, Thailand, dan Vietnam. Jadi, tapi ada catatan masuknya kalau boleh sebelum panen raya udah harus masuk," ungkapnya.

Beberapa pejabat negara yang ikut dalam rapat terbatas hari ini adalah Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, dan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi.