Terlilit Hutang, Waskita Karya Lepas 25% Sahamnya

Zefry Andalas
Zefry Andalas
Diperbarui 30 Januari 2024 01:54 WIB
Ilustrasi - Proyek Pembangunan Waskita Karya. (Foto: Instagram Waskita Karya)
Ilustrasi - Proyek Pembangunan Waskita Karya. (Foto: Instagram Waskita Karya)

Jakarta, MI - PT Waskita Karya Tbk (WSKT) melalui anak usahanya, PT Waskita Toll Road (WTR), melepas 25% sahamnya di PT Trans Jabar Tol (TJT) kepada PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), sebuah perusahaan yang fokus pada pembiayaan infrastruktur di bawah kendali Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

TJT merupakan badan usaha jalan tol yang mengelola jalan tol Ciawi-Sukabumi (Bocimi) sepanjang 54 Km dengan konsesi selama 45 tahun terhitung sejak 2015-2060.

Masuknya PT SMI sebagai salah satu pemegang saham TJT secara resmi ditandai dengan penandatangan sales and purchase agreement (SPA) oleh Direktur Pembiayaan dan Investasi PT SMI, Sylvi J. Gani dan Direktur Utama PT WTR, Daniel Fitzgerald pada Kamis (24/1) di Jakarta.

Praktis, langkah PT SMI mencaplok 25% saham WTR atas TJT ini membuat porsi WTR terdilusi menjadi 75% dari sebelumnya 99,99% dan 0,01% sisanya dipegang Koperasi Waskita.

Direktur Utama PT SMI, Edwin Syahruzad menyampaikan, akuisisi saham tersebut menunjukkan komitmen PT SMI dan Waskita Group dalam mendukung Proyek Strategis Nasional (PSN) yang bermanfaat bagi masyarakat.

“Kami berharap, ruas Bocimi ini dapat meningkatkan konektivitas, akses, dan penghematan waktu tempuh antara Bogor dan Sukabumi, serta menjadi jalur alternatif dalam mengurai kepadatan jalan arteri,” ujar di dalam keterangan resminya, Senin (29/1)

Memang kenyataannya tak bisa dipungkiri, masuknya PT SMI dalam struktur pemegang saham TJT akan semakin mempercepat penyelesaian pembangunan jalan tol Bocimi terutama pada seksi Cibadak–Sukabumi Barat sepanjang 13,7 Km, yang konstruksinya sudah mulai dikerjakan

Apalagi, PT TJT sebelumnya telah menuntaskan pembangunan seksi Ciawi-Cigombong yang beroperasi sejak 2018, dan seksi Cigombong-Cibadak yang beroperasi tanpa tarif sejak 6 Agustus 2023. Kedua seksi tersebut memiliki total panjang 27,25 km.

Direktur Utama PT Waskita Karya, Muhammad Hanugroho meyakini, strategic partnership tersebut akan menyelesaikan sebagian kewajiban Waskita Karya dalam program restrukturisasinya.

“Insya Allah ini merupakan perjalanan awal yang akan bermanfaat bukan hanya bagi SMI dan Waskita Karya Group, tetapi juga kepada masyarakat yang akan memanfaatkan Jalan Tol Ciawi-Sukabumi hingga Sukabumi Barat,” tutur dia.

Hanugroho melihat, masih banyak potensi yang bisa dikerjasamakan antara WTR dan PT SMI. “Kami berterima kasih kepada PT SMI atas dukungan dan kerjasamanya, dan berharap ke depan bisa terus berkolaborasi untuk mencapai tujuan membangun infrastruktur Indonesia,” kata Nugroho.

Di sisi lain, strategic partnership antara PT SMI dan PT WTR juga mendukung PT TJT untuk memperoleh sumber pendanaan guna menyelesaikan proyek jalan tol Bocimi. Bila tol ini rampung, maka konektivitas di wilayah Jawa Barat akan semakin meningkat dan menjadi katalis positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Sementara itu, Wakil Menteri BUMN I Kartika Wirjoatmodjo memperkirakan bahwa Waskita akan mencapai master restructuring agreement (MRA) dengan para kreditur pada Februari 2024. Capaian restrukturisasi Waskita, ungkap Tiko, sapaan akrabnya, lebih berat ketimbang BUMN Karya yang lain seperti PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

“Waskita lebih berat. Restrukturisanya10 tahun karena kondisinya lebih berat daripada WIKA. Jadi, most likely 10 tahun diperpanjang tenornya10 tahun,” ujar dia.

Sebelumnya, WIKA telah mencapai kesepakatan MRA dengan 11 lembaga keuangan dengan nilai utang sebesar Rp 20,58 triliun atau setara 87,1% dari utang yang direstrukturisasi pada 23 Januari 2024.