Wamenkeu Jepang Dicopot Gegara Yen Anjlok, Di Indonesia?

Firmansyah Nugroho
Firmansyah Nugroho
Diperbarui 29 Juni 2024 23:06 WIB
Matan uang rupiah dan dolar AS (Foto: Istimewa)
Matan uang rupiah dan dolar AS (Foto: Istimewa)

Jakarta, MI - Yen jatuh ke level terendah sejak 1986. Hal ini membuat Wamenkeu Jepang dicopot dari jabatannya. Menteri Keuangan Shunichi Suzuki mengatakan pada hari Jumat (28/6/2024) bahwa dia sangat prihatin dengan dampak pergerakan mata uang yang cepat dan sepihak terhadap ekonomi, dan bahwa pemerintah sedang memantau perkembangan pasar dengan rasa urgensi yang tinggi.

Suzuki juga mengumumkan perubahan personel untuk peran-peran penting di kementerian, termasuk penunjukan Atsushi Mimura sebagai pengganti Kanda, yang efektif pada 31 Juli. Perubahan ini tidak akan mempengaruhi kebijakan mata uang luas negara tersebut.

Dilaporkan sebelumnya, mata uang Jepang turun sebanyak 0,4% menjadi 160,39 per dolar, melewati level yang terakhir kali mendorong para pejabat untuk melakukan intervensi di pasar pada bulan April. 

Kesenjangan besar antara suku bunga di Jepang dan AS telah terus memberi tekanan pada yen meskipun ada upaya untuk menghentikan penurunannya. Yen telah kehilangan lebih dari 12% nilainya tahun ini saja, merugikan konsumen Jepang dan menyebabkan kegelisahan yang meningkat di kalangan bisnis.

"Retorika dari Kementerian Keuangan dalam beberapa hari terakhir telah menandakan kekhawatiran yang meningkat," kata Erik Nelson, ahli strategi makro di Wells Fargo di London, menambahkan bahwa otoritas Jepang mungkin menunggu hingga yen turun ke 165 atau lebih untuk masuk ke pasar.

Menteri Keuangan Shunichi Suzuki mengatakan mereka memantau perkembangan di pasar dengan cermat dan akan mengambil semua tindakan yang diperlukan sesuai kebutuhan.

Bagaimana dengan rupiah terhadap dolar AS?
Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus turun dan menyentuh level terendah dalam empat tahun terakhir di masa Pandemi covid-19. Berdasarkan data Refinitiv, Rupiah anjlok 0,12% pada Jum'at (21/6/2024) dan menyentuh angka Rp16.445/USD.

CEO Star Asset Management, Hanif Mantiq menyebutkan 2 penyebab utama koreksi Rupiah yakni terkait posisi The Fed yang belum memangkas suku bunga acuan dan dimungkinkan hanya memangkas Fed Funds Rate sebanyak satu kali, jauh dari ekspektasi pasar yang mengharapkan 3 kali penurunan suku bunga. 

Selain itu sentimen dari dalam negeri terkait melebarnya defisit transaksi berjalan efek turunnya harga komoditas membuat pasokan valas menjadi berkurang.

Namun demikian Hanif Mantiq memandang pelemahan Rupiah sudah akan cukup terbatas dan berpotensi mulai menguat. Hal ini akan terjadi saat FFR mulai dipangkas dan adanya peluang kenaikan harga komoditas seiring dengan mulai membaiknya ekonomi China sebagai mitra dagang RI.

Topik:

yen jepang rupiah