Ekonomi RI Terancam Nggak Naik Kelas, Ekonom Beber Sebabnya

Albani Wijaya
Albani Wijaya
Diperbarui 4 Oktober 2024 18:28 WIB
Jalan MH Thamrin - Sudirman, Jakarta Pusat (Foto: Dok MI/Aswan)
Jalan MH Thamrin - Sudirman, Jakarta Pusat (Foto: Dok MI/Aswan)

Jakarta, MI - Periset Center of Reform on Economic (CoRE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyoroti kekhawatiran pemerintah akan ancaman menjadi negara yang gagal naik kelas.

Adapun pertumbuhan ekonomi selama sepuluh tahun terakhir saja stagnan di 5 persen. Selain itu, ketidakpastian ekonomi global telah memberi dampak signifikan pada kemampuan ekonomi negara-negara berkembang untuk melesat.
 
"Memang kekhawatiran ini menjadi beralasan, karena pertumbuhan ekonomi yang susah tumbuh di atas 5 persen dalam satu dekade terakhir," katanya, Jum'at (4/10/2024).
 
Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono sebelumnya menyebut 108 negara berkembang terancam gagal naik kelas. Menurut Yusuf, kendati telah berada di level negara berpendapatan menengah-atas, Indonesia masih berada di tahap awal.
  
Tingkat pendapatan per kapita Indonesia saat ini masih berada di rentang USD3.896 hingga USD12.055. Setidaknya Indonesia masih membutuhkan penambahan pendapatan per kapita sekitar USD8.000 untuk mencapai level tertinggi pada golongan negara berpendapatan menengah-atas.
 
Namun hal itu tak mudah lantaran dalam satu dekade terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia mandek di kisaran 5 persen. "Hitungan sederhana kami, untuk bisa naik kelas ke high income countries, Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 persen sampai dengan tahun 2038," beber Yusuf.
 
Sejauh ini, belum ada upaya signifikan yang dianggap bisa membawa pertumbuhan ekonomi ke level itu. Upaya penghiliran industri yang dilakukan disebut masih cukup terbatas.
 
Meski tampak gencar melakukan hilirisasi, sektor industri manufaktur Indonesia justru konsisten mengalami penurunan dalam satu dekade terakhir.
 
"Kita tahu bersama kondisi industri manufaktur di Indonesia tidak begitu baik, dilihat dari proporsi sektor industri manufaktur yang mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir terhadap PDB," terangnya.
 
Kondisi domestik itu disebut menjadi rintangan tambahan dari situasi ekonomi global yang belum suportif. Konflik geopolitik, utamanya di Timur Tengah justru kian memanas dalam tiga tahun terakhir. Belum lagi ekonomi Tiongkok yang belum menunjukkan perbaikan.

"Tentu akan memengaruhi perkembangan ekonomi negara-negara emerging market seperti Indonesia sehingga ketika ekspor dan juga harga komoditas mengalami perlambatan, ini sedikit banyak juga akan ikut memengaruhi performa dari perekonomian Indonesia," tandasnya.

Topik:

Ekonomi Indonesia RI Kemenkeu