Buruh Buka-bukaan Kondisi Sritex: Krisis Bahan Baku, Listrik Terancam Putus dan Ribuan Buruh Dirumahkan


Jakarta, MI - Kondisi operasional PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex Group semakin memprihatinkan. Menipisnya bahan baku dan ancaman pemutusan listrik mengancam kelangsungan produksi pabrik, yang berdampak langsung pada ribuan pekerja.
Koordinator Serikat Pekerja Sritex Group, Slamet Kaswanto, menyampaikan bahwa hingga kini belum ada langkah nyata untuk memastikan kelangsungan usaha (going concern) dari kurator yang ditunjuk meskipun pemerintah telah memberikan dukungan.
“Belum ada [upaya perbaikan], bahan baku semakin menipis dan rencana going concern belum juga ada. Kami berharap secepatnya pemerintah memberikan solusi terkait keberlangsungan kerja ini, karena upah dari pekerjaan ini yang sangat diharapkan oleh pekerja,” ujar Slamet Selasa(10/12/2024).
Saat ini, nasib para buruh Sritex sepenuhnya bergantung pada kurator yang ditunjuk Pengadilan Negeri (PN) Semarang untuk menangani status kepailitan perusahaan. Namun, Slamet menyebut para pekerja merasa dipermainkan oleh pihak kurator, yang dinilai lamban dalam mengambil langkah-langkah strategis.
Hingga kini, penyelesaian kasus belum menemukan titik terang, sementara perusahaan masih menunggu keputusan kasasi yang diajukan ke Mahkamah Agung (MA) pada 25 Oktober 2024. Kondisi ini semakin memperburuk situasi para buruh, yang khawatir dengan ketidakpastian kelangsungan usaha.
Slamet, menyesalkan sikap kurator yang dinilai tidak kooperatif. Salah satu contohnya adalah pembatalan mediasi dengan Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer Gerungan dan pihak Sritex.
"Wamenaker bersedia menjadi mediator antara perusahaan dengan kurator berbicara mengenai going concern ini, atas permintaan kurator. Namun, rencana mediasi tersebut batal dikarenakan kurator sendiri yang membatalkan," tuturnya.
Slamet mengungkapkan, bahwa bahan baku di pabrik hampir habis, mesin-mesin berhenti beroperasi, produksi terhenti, dan nasib para karyawan kini semakin tidak jelas.
"Belum lagi informasi yg kami terima bahwa rekening bank telah diblokir kurator. Lantas bagaimana dengan pembayaran gaji kami?" tambahnya. Selain itu, ancaman pemutusan listrik oleh PLN, lantaran perusahaan tidak bisa membayar akibat rekening perusahaan diblokir kurator. Kondisi ini menambah kekecewaan.
Slamet menyampaikan kekhawatirannya bahwa jika tidak ada perbaikan segera, akhir tahun 2024 berpotensi menjadi masa kelam di awal pemerintahan Presiden Prabowo, dengan bertambahnya kasus PHK massal.
Saat ini, sebanyak 3.500 pekerja Sritex telah dirumahkan akibat menipisnya bahan baku, khususnya kapas, yang merupakan bahan utama produksi. Situasi ini terjadi karena aktivitas perdagangan pabrik dibekukan setelah perusahaan dinyatakan pailit.
Topik:
pt-sri-rejeki-isman-tbk sritex-group kondisi-sritex