BI Raih Rekor Transaksi SRBI Rp 940 Triliun di Desember 2024

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 18 Desember 2024 15:53 WIB
Gubernur BI, Perry Warjiyo (Foto: Dok MI)
Gubernur BI, Perry Warjiyo (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Bank Indonesia (BI) menegaskan akan terus memperkuat instrumen moneter promarket untuk mendukung stabilitas nilai tukar dan mencapai target inflasi. Instrumen promarket tersebut adalah, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia (SUVBI).

Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan bahwa, kebijakan ini juga dimaksudkan untuk mempercepat upaya pendalaman pasar uang dan valas serta mendorong aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri.

"Hingga 16 Desember 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp940,67 triliun untuk SRBI, US$ 2,08 miliar untuk SVBI, dan US$ 386 juta untuk SUVBI," ujar Perry, Rabu (18/12/2024).

Dia menegaskan, penerbitan SRBI telah berperan penting dalam meningkatkan aliran masuk portofolio asing ke Indonesia dan memperkuat nilai tukar. BI juga mencatat bahwa kepemilikan investor asing terhadap SRBI telah mencapai Rp 233,85 triliun, atau 24,86% dari total outstanding.

Selain itu, penerapan sistem primary dealer sejak Mei 2024 juga menunjukkan peningkatan signifikan. Transaksi SRBI di pasar sekunder dan transaksi repo antar pelaku pasar turut mengalami kenaikan. Perry menyatakan bahwa kondisi ini berhasil memperkuat efektivitas instrumen moneter dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi.

"Ke depan, BI terus optimalkan berbagai inovasi instrumen promarket baik dari sisi volume maupun daya tarik imbal hasil guna meningkatkan transmisi kebijakan moneter," jelasnya.

Selanjutnya, Perry juga menambahkan bahwa, transmisi kebijakan moneter berjalan baik. Terbukti, suku bunga pasar uang yang tercermin dari IndONIA yang bergerak di sekitar BI Rate, yakni 6,13% per 17 Desember 2024.

Topik:

bank-indonesia srbi svbi suvbi bi