B40 Meluncur, Industri Biodiesel RI Catat Lonjakan Hampir 50%


Jakarta, MI - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan perkembangan positif dalam industri biodiesel di Indonesia. Penerapan program campuran bahan bakar nabati berbasis minyak sawit sebesar 40 persen (B40) yang mulai berlaku sejak 1 Januari 2025 menjadi pendorong utama kenaikan tersebut.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE), Eniya Listiani Dewi menyampaikan bahwa dalam implementasinya, industri pengguna biodiesel mengalami kenaikan. Terutama yang sebelumnya hanya 36% menjadi 48%.
"Kalau saya melihatnya pertumbuhan industri nya naik. Dari 36 menjadi 48 persen," ujar Eniya, dikutip Senin (13/1/2025).
Dia berharap pada tahun ini industri pengguna biodiesel akan terus mengalami kenaikan seiring adanya program B40. Mengingat, selain terdapat sektor Public Service Obligation atau PSO ada juga non PSO.
"Jadi kita harapkan ini begitu tahun 2025 ini pertumbuhan industri akan semakin naik lagi nanti penggunanya juga akan bertambah karena yang di non-PSO banyakkan juga pengguna dari industri," tambahnya.
Pada tahun 2025, pemerintah telah menetapkan target alokasi biodiesel B40 sebesar 15,6 juta kiloliter (kl). Dari jumlah tersebut, sebanyak 7,55 juta kl dialokasikan untuk sektor PSO, sementara 8,07 juta kl ditujukan untuk sektor non-PSO.
Kebijakan mandatori B40 ini diatur dalam Keputusan Menteri ESDM No 341.K/EK.01/MEM.E/2024 tentang Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel Sebagai Campuran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar Dalam Rangka Pembiayaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Sebesar 40 Persen.
Penyaluran biodiesel dalam program ini akan melibatkan 24 Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN), 2 Badan Usaha Bahan Bakar Minyak (BU BBM) untuk distribusi B40 di sektor PSO dan non-PSO, serta 26 BU BBM yang fokus pada penyaluran B40 khusus untuk sektor non-PSO.
Topik:
bbm biodiesel b40