Airlangga Sebut Penurunan BI Rate Langkah Tepat, Sesuai Kondisi Ekonomi RI

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 17 Januari 2025 09:22 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto (Foto: Dok MI)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyambut baik keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen. Langkah ini dinilai selaras dengan kondisi inflasi Indonesia yang rendah dan mempertimbangkan efisiensi biaya pendanaan (cost of fund).

"BI rate turun adalah baik sekali karena kalau kita lihat inflasi kita kan rendah 1,55. Maka memang cost of fund kalau bunganya enggak turun, ketinggian," ujar Airlangga di The Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (16/1/2025).

Airlangga juga menjelaskan bahwa keputusan BI menurunkan suku bunga dipertimbangkan dengan matang, termasuk memperhatikan arah kebijakan pemerintah dan bank sentral Amerika Serikat (The Fed). 

"Nah kemarin BI menahan penurunan karena menunggu Amerika. Karena kita harus rate-nya itu dalam tanda petik tidak lebih rendah dari Amerika. Terutama untuk mencegah tidak terjadi capital flux," jelas Airlangga.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan divergensi pertumbuhan ekonomi dunia melebar dan ketidakpastian pasar keuangan global berlanjut. 

Perekonomian AS tumbuh lebih kuat dari prakiraan didukung oleh stimulus fiskal yang meningkatkan permintaan domestik dan kenaikan investasi di bidang teknologi yang mendorong peningkatan produktivitas.

Di sisi lain, muncul kekhawatiran terkait dampak penurunan BI Rate terhadap nilai tukar rupiah. Namun, menurut Airlangga, pelemahan rupiah lebih disebabkan oleh penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.

"Kita tidak khawatir itu, yang penting fundamental kita kuat. Kita punya trade positif. Kita punya cadangan devisa juga kuat," kata Airlangga.

Ia juga menekankan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang regional lainnya.

"Sehingga tentu ini adalah gejala global yang tidak dihadapi oleh cuma Indonesia. Bahkan beberapa negara lebih dalam termasuk Jepang, Turki, dan yang lain," tandasnya.

Topik:

bank-indonesia bi bi-rate airlangga-hartarto suku-bunga