Mentan Bongkar Awal Terungkapnya Beras Oplosan

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 16 Juli 2025 15:35 WIB
Beras Oplosan (Foto: Ist)
Beras Oplosan (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menjelaskan kronologi awal terungkapnya praktik pengoplosan beras curah yang dijual sebagai beras premium di pasaran.

Menurut Amran, temuan ini bermula dari anomali harga yang mencurigakan dalam dua bulan terakhir. Harga gabah di tingkat petani dan penggilingan justru turun, namun harga beras di tingkat konsumen justru naik.

"Ini kami sampaikan, kami mencoba menganalisa karena ada anomali di mana dua bulan lalu, satu bulan lalu, itu terjadi penurunan harga di tingkat petani atau penggilingan. Kami ulangi, penurunan harga terjadi di penggilingan atau petani, tetapi terjadi kenaikan di tingkat konsumen," tutur Amran dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (16/7/2025).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional mengalami peningkatan sebesar 14 persen atau sekitar 3 juta ton lebih. Kenaikan ini membuat pasokan berada di atas kebutuhan nasional. Namun, harga konsumen tetap naik sementara harga petani menurun.

"Harusnya kalau petani naik, baru bisa naik di tingkat konsumen," katanya.

Kondisi ini mendorong Kementerian Pertanian melakukan investigasi pasar bersama tim pengawasan pangan. Pemeriksaan dilakukan di 10 provinsi produsen utama beras dengan menguji 268 merek yang beredar. Hasilnya, sebagian besar sampel menunjukkan ketidaksesuaian mutu.

"Ini semua beras curah tetapi dijual harga premium. Beras curah tetapi dijual harga medium. Dan lab-nya kami pakai 13 termasuk Sucofindo," jelas Amran.

Ia mengungkapkan bahwa hasil uji laboratorium menunjukkan sekitar 85 persen sampel beras tidak memenuhi standar mutu. Bahkan, ditemukan kasus berat bersih dalam kemasan lima kilogram ternyata hanya berisi 4,5 kilogram (kg).

Menurut Amran, praktik curang tersebut menyebabkan kerugian besar secara nasional, dengan estimasi nilai kerugian mencapai Rp99 triliun. Angka ini diperoleh dari kalkulasi selisih harga dan volume beras yang beredar di pasaran.

"Ini tidak cukup, ada lagi penemuan Satgas. Karena kami bergerak bersama Satgas dan kontak Menteri Perdagangan (Budi Santoso). Sebelum bergerak kami sampaikan dan hasilnya kami sampaikan," tuturnya.

Amran menerangkan bahwa pemeriksaan paralel yang dilakukan Kementerian Perdagangan juga menghasilkan temuan serupa. Dari 10 sampel yang diambil, sembilan di antaranya tidak sesuai. "Jadi 90 persen, kalau kami temukan 86 persen, kalau perdagangan temukan 90 persen," ungkapnya.

Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto, menanggapi serius temuan praktik pengoplosan beras dan mendesak agar kasus ini diusut hingga tuntas.

"Intinya, pokoknya kita minta supaya ini diusut sampai tuntas. Jangan sampai terjadi seperti ini. Kita ini mau lagi semangat-semangatnya urusan swasembada pangan, swasembada beras, tapi kok ini ditemukan ada beras oplosan yang tentunya ini merugikan masyarakat," ujar Titiek.

Ia juga mendorong Kementerian Pertanian untuk berkoordinasi lintas kementerian dan menindak tegas para pelaku, baik skala kecil maupun besar.

"Kita enggak boleh lihat pilih-pilih itu perusahaan besar atau kecil. Harus ditindak ya kalau memang betul salah, terbukti dia ngoplos," tegasnya.

Dia menekankan bahwa penanganan kasus beras oplosan ini tidak boleh hanya menjadi tanggung jawab Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, tetapi juga harus mendapat perhatian dari Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan alias Zulhas.

"Tolong menkonya juga turun tangan, jangan diam-diam saja. Supaya ini dikoordinasikan, jangan sedikit-sedikit heboh ini, heboh itu. Ini rakyat jadi bingung," tandasnya.

Topik:

beras beras-oplosan menteri-pertanian