Rupiah Terjun ke Rp16.481 per Dolar AS, Melemah 1,05%

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 9 September 2025 17:40 WIB
Rupiah Ditutup Melemah terhadap Dolar AS pada Selasa (9/9/2025) (Foto: Ist)
Rupiah Ditutup Melemah terhadap Dolar AS pada Selasa (9/9/2025) (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Nilai tukar rupiah kembali tidak berdaya menghadapi dolar Amerika Serikat (AS). Pada akhir perdagangan Selasa (9/9/2025), rupiah ditutup melemah 172 poin atau 1,05% ke posisi Rp16.481 per dolar AS.

Pengamat pasar uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pelemahan rupiah kali ini dipicu oleh derasnya sentimen eksternal. Salah satunya berasal dari dinamika politik di Eropa, setelah Perdana Menteri Prancis Francois Bayrou resmi mundur usai kehilangan mosi kepercayaan di Majelis Nasional.

Gejolak politik juga datang dari Asia. Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mengundurkan diri, menambah ketidakpastian arah kebijakan ekonomi Negeri Sakura.

Tak hanya itu, prospek sanksi baru AS terhadap Rusia pasca serangan mematikan Moskow ke Ukraina di akhir pekan turut memicu investor beralih ke aset safe haven seperti emas, yang pada akhirnya menekan mata uang di negara berkembang, termasuk rupiah.

"Kemudian, beberapa data menunjukkan penurunan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja AS. Yang paling menonjol adalah data penggajian nonpertanian, yang menunjukkan AS hampir tidak menciptakan lapangan kerja baru di Agustus," tulis Ibrahim dalam risetnya.

Sebelumnya, ada kabar Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Federal Reserve (The Fed) akan bertemu minggu depan, dan para pedagang memperkirakan peluang penurunan suku bunga seperempat poin sebesar 89,4 persen. Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya pinjaman konsumen dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Beberapa pejabat The Fed memberi sinyal dalam beberapa pekan terakhir bahwa bank sentral akan terbuka terhadap penurunan suku bunga di tengah semakin banyaknya tanda-tanda pendinginan di pasar tenaga kerja.

Namun, mereka juga menunjukkan kehati-hatian terhadap inflasi yang masih tinggi, terutama dalam menghadapi kenaikan harga akibat tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump.

Data inflasi AS pada Agustus akan dirilis minggu ini, dengan pasar mengamati kemungkinan kenaikan inflasi lebih lanjut, mengingat sebagian besar tarif Trump mulai berlaku bulan lalu.

Dari sentimen internal, pencopotan Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan memicu kekhawatiran investor global atas arah fiskal Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto. Sebagai pengganti Sri Mulyani di tunjuklah Purbaya Yudhi Sadewa. 

"Kabar mundurnya Sri Mulyani, sebenarnya sudah berembus dalam beberapa pekan terakhir seiring meningkatnya gejolak politik dan protes publik terkait fasilitas mewah anggota parlemen," kata Ibrahim.

Rumah dinas Sri Mulyani bahkan sempat menjadi sasaran penjarahan massa demonstran, memunculkan kekhawatiran bahwa ia akan mengundurkan diri. 

Isu tersebut sempat menekan pasar melalui aksi jual saham dan obligasi domestik, sebelum akhirnya mereda setelah Sri Mulyani membantah rumor itu lewat pernyataan di akun Instagram pribadinya pekan lalu.

Namun, pencopotannya secara tiba-tiba pada Senin malam justru membuat pasar semakin terkejut.

Sri Mulyani merupakan simbol stabilitas dan kepastian bagi investor domestik. Beliau merupakan jangkar sentimen investor berkat pengalaman dan rekam jejaknya, berbagai krisis mulai dari anjloknya rupiah pada 2018 hingga pandemi Covid-19, selalu tampil sebagai figur yang menenangkan pasar.

Oleh karena itu, kepergiannya kali ini dinilai berpotensi mengganggu kredibilitas kebijakan fiskal Indonesia di mata investor.

Pasar merespons reshuffle dengan negatif. Hal ini terlihat dari arus keluar modal asing (capital outflow) di pasar saham yang mencapai USD254 juta hanya dalam empat hari pertama September, dengan obligasi mencatat penjualan lebih besar.

Melihat kondisi tersebut, Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah, dan berpotensi ditutup di kisaran Rp16.480–Rp16.540 per dolar AS pada perdagangan berikutnya.

Topik:

rupiah rupiah-melemah dolar-as