Kas Bukalapak Tembus Rp19 Triliun, Apa Langkah Berikutnya?

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 10 Januari 2025 13:27 WIB
PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) Mencatatkan Investasi Jumbo Sebesar Rp19 Triliun hingga Kuartal III/2024 (Foto: Ist)
PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) Mencatatkan Investasi Jumbo Sebesar Rp19 Triliun hingga Kuartal III/2024 (Foto: Ist)

Jakarta, MI - PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) mencatatkan pencapaian luar biasa dengan kas dan investasi jumbo sebesar Rp19 triliun hingga kuartal III/2024. 

Dalam sesi earning calls kuartal III/2024, Direktur Utama Bukalapak, Willix Halim, menyampaikan strategi baru perusahaan pasca restrukturisasi. Fokus utama Bukalapak kini diarahkan ke tiga lini bisnis potensial: Mitra Bukalapak, gaming dan O2O.
 
"Setelah restrukturisasi, kami mengharapkan bisnis Bukalapak akan lebih fokus pada Mitra Bukalapak, Investasi gaming, dan ritel O2O," ucap Willix.

Lebih lanjut, Willix menegaskan bahwa tujuan utama perusahaan saat ini adalah mencapai EBITDA positif secara konsisten dan membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan jangka panjang.

"Itu adalah fokus utama kami saat ini, dan setelah hal tersebut tercapai, barulah kami akan mulai melihat rencana masa depan," katanya. Willix juga menyampaikan, pihaknya tidak sedang aktif untuk mencari peluang investasi untuk memanfaatkan kas jumbo tersebut.

Hingga kuartal III/2024, Bukalapak (BUKA) tercatat memiliki total kas, setara kas, dan investasi likuid senilai Rp19 triliun. Aset ini terdiri dari kas dan setara kas, Surat Berharga Negara (SBN), serta reksa dana.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2024 dan laporan penggunaan dana IPO, rincian aset tersebut meliputi kas dan setara kas sebesar Rp11,3 triliun, investasi pada SBN senilai Rp8,83 triliun, dan sisanya diinvestasikan dalam reksa dana.

Sebelumnya, BUKA menyampaikan kondisi penjualan produk fisik pada marketplace Bukalapak selama tiga tahun terakhir yang terus menurun membuat BUKA memutuskan untuk menutup lini bisnis penjualan produk fisiknya.

Corporate Secretary Bukalapak, Cut Fika Lutfi mengatakan BUKA telah melakukan berbagai upaya terbaik. Namun, lini bisnis produk fisik pada aplikasi dan situs web BUKA terus menunjukkan penurunan kontribusi pendapatan dan pertumbuhan selama tiga tahun terakhir yang diakibatkan oleh perubahan dinamika pasar dan tantangan industri. 

"Di lain sisi, biaya operasional untuk lini bisnis tersebut terus menunjukkan peningkatan yang signifikan," jelas Cut Fika, Kamis (9/1/2025).

Ia mengatakan, layanan produk fisik pada aplikasi dan situs web BUKA memiliki kontribusi sekitar 3% dari seluruh pendapatan BUKA. Sebaliknya, kata dia, penghentian layanan produk fisik BUKA mendukung upaya BUKA untuk mencapai EBITDA positif. 

"Perseroan berharap langkah ini dapat membawa dampak yang baik terhadap kondisi operasional dan kinerja keuangan di masa depan, dikarenakan BUKA dapat melakukan efisiensi biaya operasional yang cukup signifikan," tambahnya. 

Analis Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer dan Jennifer Audrey Harjono dalam risetnya menuturkan penutupan layanan penjualan fisik ini merupakan langkah terbesar yang diambil BUKA sejak tahun lalu. Hal tersebut seiring fokus perusahaan pada bisnis Mitra, Gaming, dan produk virtual, serta kemungkinan pengembangan bisnis baru yang memanfaatkan cadangan kas yang besar. 

"Kami memperkirakan biaya terkait penutupan marketplace akan mempengaruhi kinerja keuangan di kuartal I/2025," tulis Joezer dan Harjono dalam risetnya. Mandiri Sekuritas memberikan rating buy untuk BUKA, dengan target harga atau target price sebesar Rp184 per saham.

Topik:

bukalapak saham buka kas investasi-jumbo