Serangan Israel terhadap Wartawan di Lebanon Mungkin Disengaja

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 9 Desember 2023 09:46 WIB
Issam Abdallah Terbunuh Akibat serangan Israel di Lebanon. (Foto: Reuters)
Issam Abdallah Terbunuh Akibat serangan Israel di Lebanon. (Foto: Reuters)

Jakarta, MI -, Dua kelompok HAM internasional menyatakan bahwa dua serangan udara Israel yang disengaja terhadap warga sipil "harus diselidiki sebagai kejahatan perang". Kejadian itu mengakibatkan kematian seorang wartawan video Reuters dan menyebabkan enam wartawan lainnya terluka. Peristiwa itu terjadi di Lebanon selatan.

Investigasi yang dilakukan oleh Amnesty International dan Human Rights Watch itu, dirilis bersamaan dengan investigasi serupa yang dilakukan oleh Reuters dan kantor berita internasional Perancis, AFP. Mereka mengatakan, dua serangan yang berjeda 37 detik menyasar para wartawan yang bekerja untuk media internasional di dekat desa Alma al-Shaab pada 13 Oktober.

“Kami menyelidiki selama berbulan-bulan terhadap dua serangan Israel terhadap sekelompok wartawan pada 13 Oktober di Lebanon selatan. Serangan itu menunjukkan, kemungkinan besar serangan merupakan serangan langsung terhadap warga sipil dan oleh karena itu harus diselidiki sebagai kejahatan perang. Semua bukti yang kami kumpulkan menunjukkan, militer Israel mengetahui atau seharusnya mengetahui bahwa kelompok wartawan itu adalah warga sipil,” kata Wakil Direktur Regional Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Aya Majzoub mengatakan Pada hari Kamis (7/12) dikutip AFP.

Serangan di dekat desa Alma al-Shaab itu menewaskan Issam Abdallah dan melukai wartawan Reuters, juru kamera dan reporter TV Al-Jazeera Qatar; serta jurufoto dan wartawan video AFP.

Saat meliput baku tembak antara kelompok militan Hizbullah Lebanon dan pasukan Israel, ketujuh wartawan semuanya mengenakan jaket antipeluru dan helm. Mereka ditempatkan di Lebanon selatan. Kekerasan tersebut muncul sehari setelah serangan balasan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, yang memicu konflik terbaru di Timur Tengah.(Ran)