Kecelakaan KM 58 Libatkan Mobil Besutan Daihatsu, Pakar Transportasi: Hentikan Travel Liar!

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 12 April 2024 18:52 WIB
Menurut KNKT sopir GranMax bekerja melebihi waktu, mobil kelebihan muatan, penumpang tidak pakai sabuk pengaman dan 4 hari bolak-balik Jakarta-Ciamis
Menurut KNKT sopir GranMax bekerja melebihi waktu, mobil kelebihan muatan, penumpang tidak pakai sabuk pengaman dan 4 hari bolak-balik Jakarta-Ciamis

Jakarta, MI - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan melakukan pemeriksaan terhadap Daihatsu dan pihak terkait lainnya, sebagai buntut dari kecelakaan maut di KM 58 Jalan Tol Jakarta—Cikampek (Tol Japek).

Menurut Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan hal ini perlu dilakukan untuk memahami masalah keselamatan imbas terjadinya kecelakaan nahas pada Senin (8/4/2024) tersebut. 2 mobil besutan Daihatsu yang terlibat dalam insiden itu adalah Gran Max dan Terios. Keduanya terbakar imbas kecelakaan tersebut. 


Untuk itu, KNKT bakal meminta dan mengkaji data ihwal desain dan proses sertifikasi milik Daihatsu. “Saat ini kami belum bisa bicara masalah keselamatan mobil. Untuk memahami hal ini kami akan cek dengan Daihatsu dan pihak terkait lainya. Kami akan minta data design dan proses seritifikasi dan akan kita kaji bersama,” ujar Soerjanto, Kamis (11/4/2024). 

Merespons hal itu, pengamat transportasi, Djoko Setijowarno, berpadangan bahwa akar masalahnya, angkutan umum pedesaan dan perkotaan mulai punah, permintaan dari masyarakat desa dan kota di daerah akan perjalanan jarak jauh meningkat.

Dia menegaskan, bisa dihentikan travel liar, namun pemerintah harus all out untuk membenahi angkutan pedesaan dan angkutan perkotaan.

"Harus diusut kepemilikannya siapa, pemelik kendaraan juga harus ikut bertanggungjawab. Jika penumpang menggunakan seat belt, kemungkinan fatalitas bisa ditekan," ujar Djoko saat dihubungi Monitorindonesia.com, Jum'at (12/4/2024).

"Sudah saatnya setiap penumpang kendaraan jarak jauh diwajibkan menggunakan seat belt," tambahnya.

Hasil Investigasi KNKT
KNKT mengungkap hasil penyidikan terkait kecelakaan maut Daihatsu GranMax di KM 58 Tol Jakarta Cikampek. Berdasarkan kesimpulan KNKT, sopir GranMax bekerja melebihi waktu. Travel tak resmi, kerja melebihi waktu

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengungkap salah satu penyebab kecelakaan yang menewaskan 12 penumpang ini adalah sopir GranMax bekerja melebihi batas waktu.

"Salah satu penyebab kecelakaan lalu lintas yang menewaskan 12 penumpang adalah pengemudi kendaraan travel tidak resmi, bekerja melebihi waktu," ujar Soerjanto dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (11/4/2024).

Soerjanto menyebut waktu kerja sopir itu melebihi waktu yang telah ditentukan, sehingga membuatnya kekurangan waktu istirahat. "Jika kita mengemudi dalam keadaan kurang istirahat yang baik maka pengemudi akan berkurang kemampuannya untuk berkonsentrasi dalam mengemudikan kendaraan. Dalam situasi seperti ini pengemudi akan sangat mudah mengalami micro sleep," jelasnya.

KNKT turut menemukan bahwa sopir GranMax ini sudah bolak-balik Ciamis-Jakarta selama 4 hari. Berdasarkan hasil penyidikan KNKT, sopir GranMax berangkat dari Ciamis pada Jumat (5/4/2024) sekitar pukul 19.30 WIB menuju Jakarta untuk menjemput penumpang.

Lalu GranMax berangkat dari Jakarta pada siang hari mengantar penumpang ke Ciamis sekaligus menjemput pada Sabtu (6/4/2024).

Pada Minggu (7/4), GranMax itu berangkat dari Ciamis pada pagi hari menuju ke Jakarta untuk mengantar penumpang. Setelahnya, sopir GranMax sempat beristirahat dan sore harinya berangkat menuju ke Ciamis untuk mengantar penumpang.

Kemudian, GranMax itu kembali melakukan perjalanan ke Jakarta untuk menjemput penumpang dan tiba di Jakarta pukul 00.00 WIB. Selanjutnya pada Senin (8/4), GranMax itu berturut-turut menjemput penumpang di Depok pukul 02.00 WIB, Cilebut pukul 03.30 WIB, dan Bekasi pukul 05.30 WIB.

Kemudian, pada pukul 06.00 WIB, GranMax itu berangkat menuju Ciamis. Dalam perjalanan inilah kecelakaan maut itu terjadi di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek. Soerjanto turut menyinggung mobil GranMax yang kelebihan muatan. Menurutnya, hal itu bertalian dengan stabilitas kendaraan.

"Pada kendaraan ini juga berpenumpang 12 orang, di mana seharusnya berkapasitas 9 penumpang dan belum lagi ditambah dengan barang bawaanya. Hal ini tentunya juga menambah ketidakstabilan kendaraan," ungkap Soerjanto.

"Adapun untuk fatalitas korban disebabkan para penumpang yang berada di mobil penumpang tidak menggunakan sabuk keselamatan," kata dia.

Dengan demikian, KNKT mengimbau pengemudi memiliki kecukupan waktu istirahat sebelum berkendara jauh. "Mengimbau sebelum berkendara jarak jauh, yakinkan diri (pengemudi, pemilik kendaraan, calon penumpang) kita telah beristirahat dengan baik dan cukup, serta jujurlah pada diri sendiri jika telah lelah beristirahatlah sebelum melanjutkan perjalanan," tegasnya.

Diketahui, Kecelakaan maut itu terjadi di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek lajur contraflow pada Senin (8/4/2024) sekitar pukul 08.15 WIB. Sebanyak 12 orang tewas dan dua lainnya luka-luka akibat peristiwa ini.

Insiden berawal ketika GranMax yang mengarah ke Cikampek di lajur contraflow diduga mengalami masalah dan hendak menepi di bahu jalan. GranMax itu melaju terlalu ke kanan, sementara dari arah berlawanan ada bus yang melaju menuju Jakarta. Tabrakan tak terhindarkan. Kemudian Daihatsu Terios yang berada di belakang bus ikut terlibat di kecelakaan ini, menabrak bus dan GranMax yang berada di depannya.

Menurut hasil olah TKP, polisi menduga mobil GranMax itu melaju dengan kecepatan lebih dari 100 km per jam. Selain itu tidak ditemukan ada jejak pengereman.

Kabid Dokkes Polda Jawa Barat Kombes Nariyana menyampaikan 12 korban tewas dalam kecelakaan maut tersebut mengalami luka bakar 90 hingga 100 persen. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan secara menyeluruh untuk melakukan identifikasi.

"Kondisi luka bakar jenazah 90-100 persen, dalam kondisi hangus, memang 1 sampai 2 yang masih bisa dikenali namun akibat ada benturan, wajah sudah berubah bentuk," terang Nariyana di RSUD Karawang, Selasa (9/4/2024).