Museum Nasional Kebakaran, Ini Fungsi dan Sejarahnya

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 17 September 2023 00:01 WIB
Jakarta, MI - Kebakaran pada Gedung Museum Nasional terjadi sekitar pukul 20.00 WIB, Sabtu (16/9). Pantauan Monitorindonesia.com, Petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi sekitar pukul 20.07 WIB dan langsung melakukan operasi penanganan kebakaran. Api besar tersebut diketahui membakar Gedung A Museum Gajah. Namun, hingga saat ini penyebab kebakaran belum diketahui. Pihak pengelola telah menurunkan tim investigasi untuk mencari tahu penyebabnya. Untuk diketahui bahwa, Museum Nasional merupakan salah satu museum yang menjadi daya tarik Indonesia bagi para wisatawan. Salah satu keunikan dari Museum Nasional dapat ditemukan pada halaman depan gedung ini, yaitu ikon gajah. Hal tersebut yang membuat Museum Nasional dikenal juga dengan nama Museum Gajah. Museum ini lahir dari pengaruh semangat abad pencerahan (Renaissance) di Eropa, tepatnya pada abad ke-18. Berdirinya Museum ini diawali dengan terbentuknya suatu himpunan yang bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG). Lembaga ini didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778. BG merupakan lembaga independen yang didirikan untuk tujuan memajukan penetitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah. Lembaga ini mempunyai semboyan “Ten Nutte van het Algemeen” (Untuk Kepentingan Masyarakat Umum).   [caption id="attachment_566260" align="alignnone" width="706"] Museum Nasional (Foto: MI/Wikipedia)[/caption] Gedung pertama dari museum ini adalah rumah dari JCM Radermacher yang terletak di Jalan Kalibesar, suatu kawasan perdagangan di Jakarta-Kota. Selain itu, ia juga menyumbangkan sejumlah koleksi benda budaya dan buku-buku miliknya. Sumbang dari JCM Radermacher inilah yang menjadi tanda berdirinya museum dan perpustakaan. Memasuki tahun 1811, ketika Jawa dibawah kendali pemerintah Inggris, Raffles memerintahkan pembangunan gedung baru yang akan digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dulu disebut gedung “Societeit de Harmonie”). Gedung tersebut berlokasi di Jalan Majapahit nomor 3. Kemudian, pada tahun 1862 pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk kembali membangun gedung baru. Pembangunan gedung tersebut dilakukan di lokasi Museum Nasional saat ini, yaitu di Jalan Medan Merdeka Barat No. 12 (dulu disebut Koningsplein West). Tepat pada tahun 1868 atau enam tahun setelah semua pembangunan selesai dilakukan, gedung baru Museum Nasional diresmikan. Pada tahun 1871, Raja Thailand, yaitu Raja Chulalongkorn (Rama V) berkunjung ke museum tersebut. Saat itu, ia memberikan hadiah kepada museum, berupa patung gajah perunggu. Hal ini yang menjadikan Museum Nasional dikenal dengan sebutan Museum Gajah, karena memiliki patung gajah yang terletak tepat di halaman depan gedung Museum Nasional. Setelah kemerdekaan, tepatnya pada 26 Januari 1950 museum ini berubah nama dari Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin dalam semboyan barunya: “memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya”. Pasca 1950, beberapa perubahan sempat terjadi dalam perjalanan museum ini, perubahan pertama terjadi pada 17 September 1962. Saat itu Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian berubah nama menjadi Museum Pusat. Selanjutnya, pada 28 Mei 1979 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/ 0/1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional. Sejak perubahan status tersebut Museum Nasional Indonesia berada dibawah naungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI). Adapun Museum Nasional Indonesia memiliki visi, yaitu “Terwujudnya Museum Nasional sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan kebanggaan terhadap kebudayaan nasional, serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antar bangsa”. Berdasarkan visi tersebut, dapat dipahami bahwa Museum Nasional berfungsi sebagai pusat studi ilmu pengetahuan bagi warga Indonesia yang ingin mengetahui bagaimana peradaban Indonesia pada masa lampau. Selain itu, Museum Nasional juga berfungsi sebagai tempat pariwisata atau rekreasi yang dapat memberikan kesenangan bagi para pengunjung. (An) (Sumber: Berbagai Sumber)