Sebab Ridwan Kamil 'KO' Pilgub Jakarta

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 9 Desember 2024 13:20 WIB
Ridwan Kamil mencoblos di Kelurahan Ciumbuleuit, Bandung, Jawa Barat, Rabu (27/11/2024)
Ridwan Kamil mencoblos di Kelurahan Ciumbuleuit, Bandung, Jawa Barat, Rabu (27/11/2024)

Jakarta, MI - Pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono, dipastikan kalah pada Pilkada Jakarta 2024.

Pemenangnya adalah Pramono Anung dan Rano Karno yang memperoleh 50,07 persen suara. KPU Provinsi Jakarta secara resmi telah menetapkan hasil perolehan suara ketiga pasangan calon setelah menyelesaikan proses rekapitulasi suara pada Minggu (8/12/2024).

“Berita acara dan sertifikasi hasil perhitungan suara dari setiap kabupaten kota dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jakarta saya nyatakan sah," kata Ketua KPUD Jakarta, Wahyu Dinata, saat menetapkan hasil Pilkada Jakarta di Hotel Sari Pan Pacific, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu siang.

Lantas apa sebab RK-Suswono 'KO' Pilgub Jakarta ini? Pengamat pemilu dari Universitas Indonesia Titi Anggraini menyebut mantan gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, "tidak mengakar" di Jakarta. 

Menurutnya, publik masih melihat Ridwan sebagai milik orang Jawa Barat. "Ditambah lagi Ridwan Kamil dan Suswono sama-sama mencoblos di Jawa Barat. Ini yang kemudian membuat pada hari-H, sentimen dan kesenjangan hubungan itu semakin menguat," kata Titi.

Seperti diketahui, Ridwan memegang KTP Bandung sementara Suswono memiliki KTP Bogor. Keduanya memilih di daerah masing-masing pada Pilkada yang berlangsung serentak tanggal 27 November 2024.

Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menilai ini adalah blunder terbesar RK-Suswono. "Semestinya mereka bisa masuk Jakarta, pindah, dan bersama-sama sebagai warga Jakarta. Menurut saya, itu tamparan telak bagi Ridwan Kamil," jelas Hendri.

Hendri juga menilai RK-Suswono "memaksakan" diri untuk menjadi "orang Jakarta". "Mereka terlalu pura-pura Jakarta," tambah Hendri.

Dia mencontohkan bagaimana Ridwan Kamil yang sudah terkenal sebagai pendukung klub sepakbola Persib alias bobotoh kemudian "pura-pura suka Jakmania [sebutan untuk pendukung Persija]".

Pakar politik Firman Noor menilai Ridwan Kamil terlalu mengandalkan partai politik. Akibatnya, menurut Firman, Ridwan luput untuk mempelajari karakter masyarakat setempat. "Meskipun ada PKS, tapi itu tidak menjamin semuanya," jelas Firman.

Firman berpendapat, sekalipun diusung Koalisi Indonesia Maju Plus, sejumlah partai di dalamnya ada yang "mematikan mesin partai", "beralih", "mendua" atau sekadar "tidak maksimal" dalam memperjuangkan Ridwan Kamil-Suswono.

"Nasdem mempunyai dendam tersendiri ke RK karena dia masuk Golkar setelah diperjuangkan di Bandung. PKB lebih cenderung ke Anies. Ibarat kesebelasan, tidak bisa hanya mengandalkan satu partai," jelas Firman.

Berita-berita sebelumnya tentang lontaran kalimat Ridwan Kamil yang dinilai seksis seperti kata-katanya mengena janda pun juga turut menurunkan simpati.

Firman menilai Ridwan Kamil mendapat "pelajaran berharga" karena ucapan bernada seksis itu tidak akan dapat diterima dengan level pendidikan di Jakarta.

"[Ridwan Kamil] belum banyak belajar [untuk] menarik simpati masyarakat Jakarta yang kompleks ini. Dia masih merasa dirinya populer di mana pun dia berada," ujar Firman.

Walau pihaknya mengapresiasi setiap analisis dan pandangan terkait Pilkada, juru bicara tim Ridwan Kamil-Suswono, Fakhruddin Muchtar, menyebut "penting untuk meluruskan dan memberikan perspektif yang lebih luas" atas pendapat pengamat tadi.

"Upaya Ridwan Kamil mendekatkan diri dengan salah satu elemen Jakarta, seperti Persija, bukanlah upaya 'pura-pura' tetapi sebuah penghormatan kepada nilai-nilai ke-Jakarta-an yang penting bagi warga Jakarta," kata Fakhruddin dalam keterangannya.

Selain itu, Fakhruddin menilai banyak pemimpin daerah di Jakarta sebelumnya juga bukan asli Jakarta, tetapi mampu diterima dengan baik. "KTP bukanlah penentu utama, melainkan program kerja yang ditawarkan dan bagaimana program tersebut bisa menjawab kebutuhan warga," ujarnya.

Fakhruddin mengatakan Ridwan Kamil sudah membangun hubungan dengan warga Jakarta dengan melibatkan diri secara aktif dalam berbagai komunitas selama kampanye.

Sementara mengenai kontroversi pernyataan Ridwan Kamil soal janda, Fakhruddin menyatakan pihaknya "percaya bahwa warga Jakarta adalah masyarakat yang kritis tetapi juga bijak dalam menilai esensi dari program dan visi yang ditawarkan".

Berdasarkan keseluruhan visi dan misi serta program RK-Suswono, Fakhruddin menyebut "[RK-Suswono] menjadi satu-satunya pasangan calon yang menghadirkan Pancasila dan perempuan dalam program unggulannya".
Ridwan Kamil-Suswono

Adapun mengenai pengumuman KPU Jakarta pada Minggu (8/12/2024), Fakhruddin mengatakan penetapan itu bukanlah akhir dari upaya Konstitusional yang bisa ditempuh dalam kontestasi ini.

"Tim hukum kami tengah menyusun upaya memperjuangkan peluang-peluang untuk tetap berada di jalur persaingan melalui mekanisme gugatan ke MK [Mahkamah Konstitusi]. Tinggal kita menunggu hasilnya," ujar Fakhruddin.

Fakhruddin menyebut pihak RK-Suswono menemukan adanya surat pemberitahuan pemungutan suara atau formulir C6 yang tidak tersebar yang menurutnya membuat tingkat partisipasi di Pilkada Jakarta kali ini sangat rendah.

Fakhruddin mengklaim insiden ini terjadi di tempat pemungutan suara atau TPS 028 di Pinang Ranti, Jakarta Timur.

Fakhruddin mengatakan gugatan tim RK-Suswono ke Mahkamah Konstitusi akan memfokuskan ke hak-hak suara yang menurut pihaknya "banyak yang hilang".

Fakhruddin menjadi putusan Mahkamah Konstitusi pada Juni 2024 yang memerintahkan penghitungan ulang di salah satu TPS di Kabupaten Rokan Hulu, Riau, karena rendahnya partisipasi pemilih sebagai dasar gugatan tim RK-Suswono.

Sengketa itu dilayangkan pihak Golkar yang mengklaim banyak pemilih tidak memiliki formulir C6.

KPU saat itu menyebut rendahnya partisipasi pemilih disebabkan adanya PHK besar-besaran.

Hasil rekapitulasi tingkat provinsi yang sudah ditetapkan KPU Jakarta:

Ridwan Kamil-Suswono: 1.718.160 suara
Dharma Pongrekun-Kun Wardana: 459.230 suara
Pramono Anung-Rano Karno: 2.183.239 suara

Perincian perolehan suara per wilayah:

Kepulauan Seribu

1. Ridwan Kamil-Suswono: 6.578 suara

2. Dharma-Kun: 653 suara

3. Pramono-Rano: 7.456 suara

Jakarta Barat 

1. Ridwan Kamil-Suswono: 386.880 suara

2. Dharma-Kun: 109.457 suara

3. Pramono-Rano: 500.738 suara

Jakarta Pusat

1. Ridwan Kamil-Suswono: 152.235 suara

2. Dharma-Kun: 44.865 suara

3. Pramono-Rano: 220.372 suara

Jakarta Selatan

1. Ridwan Kamil-Suswono: 375.391 suara

2. Dharma-Kun: 90.294 suara

3. Pramono-Rano: 491.017 suara

Jakarta Timur

1. Ridwan Kamil-Suswono: 535.613 suara

2. Dharma-Kun: 136.935 suara

3. Pramono-Rano: 635.170 suara

Jakarta Utara

1. Ridwan Kamil-Suswono: 261.463 suara

2. Dharma-Kun: 77.026 suara

3. Pramono-Rano: 328.486 suara

Topik:

Ridwan Kamil Pilgub Jakarta Pilkada Jakarta