Awas! Ada Tanda-Tanda Gorila El Nino di Indonesia

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 29 Oktober 2023 23:35 WIB
El Nino (Foto : AgroIndonesia)
El Nino (Foto : AgroIndonesia)

Jakarta, MI - Menurut penelitian terbaru Tim Variabilitas, Perubahan Iklim, dan Awal Musim (TIVIPIAM) BRIN, ada indikasi bahwa kemarau yang panjang dan suhu tinggi yang disebabkan oleh fenomena El Nino (juga dikenal sebagai Gorila El Nino) akan terjadi di Indonesia dalam waktu dekat.

Saat indeks terus meningkat, energi bergerak ke arah barat dari wilayah timur Samudra Pasifik dekat Peru. Menurut Erma Yulihastin, Ketua TIM TIVIPIAM BRIN, "Kekeringan akan semakin terasa ketika sudah mencapai 2," dalam keterangannya, Minggu (29/10).

Erma menjelaskan bahwa pengukuran indeks dan kekuatan El Nino dilakukan dengan membagi empat wilayah di sekitar Samudera Pasifik. Area 1 dan 2 adalah wilayah timur Pasifik yang mengarah ke Peru, dan area 3 dan 4 adalah wilayah barat Pasifik yang mengarah ke Peru.

Area 3 dan 4 paling berdampak pada kondisi iklim Indonesia karena mereka lebih dekat dengan Papua. Dia menyatakan bahwa fenomena El Niño akan bergerak ke area 3 dan 4, yang berarti kemarau akan berlangsung lebih lama dan lebih intens. Dia menyatakan bahwa kondisi seperti El Niño pada tahun 2015 pasti akan terjadi di Indonesia jika itu terjadi.

Di tahun 2015, El Niño ternyata bertahan, sehingga siklus hidupnya bukan lagi 9 bulan, melainkan lebih dari 1 tahun, bahkan hampir 2 tahun.

Erma mengatakan bahwa Michael McPhaden, ahli El Niño dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), menyebut El Niño pada tahun 2015 sebagai Gorila El Niño. Nama itu berasal dari periode waktunya dan intensitas El Niño.

Dia mengatakan, "Pada saat itu, tidak ada satu pun model yang berhasil memprediksi El Niño akan sekuat itu dan bertahan selama itu."

Erma mengatakan tanda-tanda yang sedang diwaspadai saat ini adalah Gorila El Niño. Dia mengatakan bahwa kekuatan El Nino saat ini semakin mendekati wilayah Indonesia, atau area 3 Samudera Pasifik. Jika El Nino semakin mendekati area 3, kemarau yang lebih panjang pasti akan terjadi di Indonesia. Dia menyatakan, "Kalau sudah 3,5, itu bukan super El Nino lagi, tapi Gorila El Nino."

Meskipun demikian, Erma menyatakan bahwa belum ada yang bisa memastikan apakah Gorila El Niño akan muncul di Indonesia, mengatakan bahwa peneliti terus memantau perkembangan cuaca di Samudera Pasifik. "Apakah kita akan ada potensi Gorila El Niño? Dia menyatakan, "Kita tidak tahu; semua ilmuwan saat ini masih menunggu dan harap-harap cemas."

Dia menyatakan bahwa banyak ahli berpendapat bahwa perubahan iklim telah menyebabkan suhu bumi meningkat lebih dari 1,5 derajat Celcius, yang menyebabkan fenomena Gorila El Niño. Dia menyatakan bahwa banyak badan klimatologi di seluruh dunia sedang bekerja untuk membuat model cuaca yang lebih akurat dengan menghitung perbedaan 1,5 derajat tersebut.(Ran)