Picu Krisis Sosial dan Ekologis, Ephorus HKBP: Tutup Operasional PT TPL Sesegera Mungkin!

![PT TPL Manfaatkan Fakultas Kehutanan USU Adu Domba Warga Sumut? Pabrik PT Toba Pulp Lestari (TPL) di Porsea, Kabupaten Toba, Sumatera Utara yang telah memicu krisis sosial dan ekologi. [Foto: MI]](https://monitorindonesia.com/2021/07/tpl.jpg)
Medan, MI - Pimpinan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pendeta Victor Tinambunan mendesak PT Toba Pulp Lestari (TPL), Tbk ditutup sesegera mungkin. Sebab, keberadaan PT TPL telah memicu krisis sosial dan ekologis di Tanah Batak.
Hal itu disampaikan Ephorus HKBP Pendeta Victor Tinambunan melalui akun media sosial Facebook miliknya "Viktor Tinambunan" yang diulik Monitorindonesia.com pada Rabu (7/5/2025). Pendeta Victor mengatakan, gejolak perlawanan warga terhadap keberadaan PT TPL di Sosorladang kecamatan Parmaksian kabupaten Toba, Sumatera Utara sudah klimaks.
Menurutnya, fakta yang paling menyakitkan adalah bahwa keberadaan PT TPL telah memicu berbagai bentuk krisis sosial dan ekologis. Mulai dari rusaknya alam dan keseimbangan ekosistem, rentetan bencana ekologis seperti banjir bandang, tanah longsor, pencemaran air, tanah, dan udara, perubahan iklim. Selain itu, jatuhnya korban jiwa dan luka, hilangnya lahan pertanian produktif, rusaknya relasi sosial antar warga, hingga akumulasi kemarahan yang tidak mendapat saluran demokratis karena ketakutan dan represi.
"Hal ini bukan sekadar dampak insidental, tetapi sebuah jejak panjang dari konflik struktural yang tidak kunjung diselesaikan secara bermartabat," katanya.
Melihat ironi kehidupan yang terjadi dalam kurun 30 tahun terakhir ini dengan segala hormat dan tanggung jawab moral, Pendeta Victor menyerukan kepada pemilik dan Pimpinan PT TPL agar menutup operasional perusahaan TPL sesegera mungkin. Menurutnya, penutupan ini bukanlah sekadar desakan emosional, melainkan langkah preventif menghindari krisis yang lebih parah di masa depan bagi masyarakat di Tano Batak, bagi Sumatera Utara, dan bahkan bagi keberlanjutan ekologis di tingkat global.
"Seluruh karyawan/karyawati yang akan berhenti tolong diberi pesangon besar supaya mereka ada modal usaha. Doa saya kiranya Tuhan Yang Mahakuasa melindungi bapak/ibu dan memberikan bisnis yang sehat yang mensejahterakan serta masyarakat luas," tambahnya.
Dikatakan Victor, kemungkinan besar mayoritas masyarakat di Tanah Batak, tidak mengenal secara langsung siapa sesungguhnya pemilik maupun pimpinan utama PT TPL. Hal tersebut merupakan suatu ironi yang mencolok, dimana sebuah perusahaan berskala besar yang telah beroperasi selama puluhan tahun di atas tanah leluhur Batak, tetapi relasi sosial dan komunikasi dasarnya dengan masyarakat sekitar tetap asing dan tidak terbangun.
Etika Bisnis
"Dalam konteks etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan, serta norma adat yang kami hidupi, absennya relasi ini merupakan sebuah kegagalan struktural serta bentuk pengabaian etika hidup bersama di masyarakat," lanjutnya.
Berdasarkan pemberitaan media dan berbagai laporan publik, HKBP mengetahui bahwa PT TPL telah memperoleh keuntungan finansial yang sangat besar, bernilai triliunan rupiah dari pemanfaatan sumber daya alam di wilayah Tanah Batak.
Ironisnya, akumulasi kapital tersebut tidak tampak berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan ekonomi dan pendapatan masyarakat lokal. Ketimpangan ini menjadi cermin ketidak adilan distribusi manfaat ekonomi, dan menunjukkan adanya relasi yang eksploitatif.
"Fakta menyakitkan setelah kehadiran PT TPL di Tanah Batak," tandas Pendeta Victor Tinambunan.[Lin]
Topik:
PT Toba Pulp Lestari PT TPL Tutup TPL HKBP Ephorus HKBP Tutup TPL Segera Mungkin Kabupaten Toba TPL Rusak Ekologi Danau Toba