Empat Kali Rudapaksa Anak Asuh, Kepala Panti Asuhan di Batam Ditangkap

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 9 Agustus 2024 4 jam yang lalu
Penyidik Unit PPA Polresta Barelang memeriksa tersangka S alias Ujang. (Foto: Antara)
Penyidik Unit PPA Polresta Barelang memeriksa tersangka S alias Ujang. (Foto: Antara)

Batam, MI - Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Palresta Barelang, Kepulauan Riau menangkap S alias Ujang (54), kepala Panti Asuhan Annur Kelurahan Sijantu, Galang, Kota Batam, karena diduga telah melakukan rudapaksa kepada anak asuh inisial R (12).
 
"Pesertubuhan dan pencabulan anak di bawah umur yang terjadi di yayasan yang beralamat di Galang," ujar Kanit PPA Polresta Barelang Ipda Shelin Angelina di Batam, Jumat (9/8/2024).
 
Perwira pertama Polri itu menjelaskan, rudapaksa itu terjadi tahun 2018, sejak korban berusia 10 tahun sampai sekarang. Korban mengalami rudapaksa sebanyak empat kali. Peristiwa tersebut terungkap saat korban menceritakan kejadian yang dialaminya kepada ustazah di panti asuhan tersebut.

Akibat perbuatan pelaku, korban mengalami rasa sakit di bagian alat vital dan trauma mendalam. Adapun penangkapan pelaku dilakukan berkat bantuan masyarakat yang menyerahkan pelaku kepada pihak kepolisian pada Rabu (7/8). "Pelaku diserahkan warga ke Polsek Galang, kemudian dibawa ke Polresta Barelang," tuturnya.
 
Pelaku dijerat dengan Pasal 81 ayat (2) dan ayat (3) juncto Pasal 82 ayat (1) dan (2) Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman 15 tahun penjara.
 
Kasus rudapaksa di Yayasan dan Panti Asuhan Annur mendapat sorotan dari pemerhati anak Kepri Ery Syahrial yang menyebut yayasan atau panti asuhan Annur itu tidak memiliki izin sebagai pendirian Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) dari Dinas Sosial setempat.
 
Ery berharap pemerintah daerah segera menindak yayasan atau panti asuhan Annur agar tidak lagi beroperasi dan menyelamatkan anak-anak dari eksploitasi.
 
"Ini penting, karena ada anak yang berada di bawah pengasuhan mereka. LKSA ini kan pengasuh alternatif, menampung anak-anak yatim, piatu, duafa. Cuma kalau diiringi dengan izin tentu tidak terpantau, bisa disalahgunakan," tandasnya.