PDIP Bantah Prabowo Soal Alutsista Era Bung Karno Bekas

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 8 Januari 2024 19:30 WIB
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto (Foto: MI/Dhanis)
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto (Foto: MI/Dhanis)

Jakarta, MI - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyanggah pernyataan Capres RI Prabowo Subianto mengenai alat utama sistem persenjataan (alutsista) era presiden pertama RI Soekarno banyak yang bekas.

Menurut Hasto, alutsista era Bung Karno adalah barang baru yang banyak membantu negara lain mencapai merdeka dan melawan penjajahan.

"Jadi, tidak ada yang bekas sehingga kami berharap Pak Prabowo melakukan koreksi atas pernyataannya tadi malam," kata Hasto dalam konferensi pers di Kantor DPP PDI Perjuangan, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (8/1).

Pada masa Bung Karno, kata dosen Universitas Pertahanan (Unhan) RI ini, Indonesia memiliki alutsista yang luar biasa dan mampu menjalankan berbagai jenis misi.

"Apa yang disampaikan Pak Prabowo bahwa peralatan-peralatan, alat-alat Indonesia itu adalah bekas, itu tidak benar. Kita tahu bahwa saat itu Indonesia belum lama merdeka. Pada tahun 1955, Indonesia sudah mengadakan Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non-Blok," kata Hasto.

Politikus asal Yogyakarta ini mengatakan bahwa Bung Karno membangun kekuatan pertahanan berdasarkan kesadaran geopolitik, atas cara pandang geopolitik, dan melihat kondisi geografis nasional yang muncul dari keterlibatan Indonesia, dan memperjuangkan perjuangan kepentingan nasional yang saat itu diwarnai dengan integrasi Irian Barat dan Papua.

Indonesia, kata dia, bahkan mengirimkan kapal selam kelas Whiskey yang membantu Pakistan berhadapan dengan kolonialisme Inggris.

"Indonesia kirim kapal selam kelas Whiskey mengapa? Karena Bapak Bangsa Pakistan Muhammad Ali Jinnah itu membantu Indonesia dengan resolusi jihad pada tanggal 10 November 1945," kata Hasto.

Menurut dia, begitu banyak pasukan dari Gurkha yang kemudian mendukung Indonesia lewat seruan Bapak Bangsa Pakistan tersebut sehingga Indonesia memberikan sumbangsih. Maka, Bung Karno mendapat gelar pendekar dan pembebas bangsa Islam.

Hasto juga menjelaskan bahwa alutsista baru pada masa pemerintahan Bung Karno, misalnya dari Yugoslavia. Alutsista tersebut bahkan dikirimkan Bung Karno untuk membantu Aljazair mendapatkan kemerdekaannya.

Oleh karena itu, dia menegaskan bahwa pernyataan Prabowo tentang sistem persenjataan Bung Karno tidak pas.

"Oleh karena itu, kami luruskan. Karena inilah, termasuk Indonesia, mendapatkan pesawat C-130 Hercules karena kedekatan Bung Karno dengan Presiden AS John Kennedy. Maka, Indonesia mendapatkan reaktor nuklir itu juga didirikan kerja sama dengan pemerintahan AS pada masa Presiden Keneddy," jelas Hasto.