Ada Apa dengan PDIP Singgung Prabowo Soal Pengeroyokan Relawan Ganjar-Mahfud?

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 1 Januari 2024 03:50 WIB
Tangkapan layar rekaman kamera pemantau yang merekam pengeroyokan di depan Markas Kompi B Yonif Raider 408/Sbh Boyolali, Sabtu (30/12).
Tangkapan layar rekaman kamera pemantau yang merekam pengeroyokan di depan Markas Kompi B Yonif Raider 408/Sbh Boyolali, Sabtu (30/12).

Jakarta, MI - PDI Perjuangan (PDIP) sangat menyesalkan atas terjadinya tindak kekerasan dan penyiksaan yang dilakukan oleh oknum TNI terhadap relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali, Jawa Tengah. 

“Kami protes keras atas tindakan oknum TNI tersebut. Para oknum TNI tersebut bertindak seperti itu diduga karena ada elemen-elemen di dalam TNI yang jadi simpatisan Pak Prabowo karena sama-sama berlatar belakang militer. Padahal Prabowo sudah diberhentikan dari TNI," kata Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristiyanto, Senin (1/1/2024).

Menurut Hasto, dalam diskusi dengan salah satu tokoh HAM guna mencari akar kekerasan oleh oknum TNI tersebut diduga bahwa tindak kekerasan tersebut berawal dari kerancuan Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) dan sebagai calon presiden (capres). 

Sehingga, tercipta adanya emotional bonding di kalangan oknum TNI tertentu dengan Prabowo. “Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya tanggapan Pak Prabowo yang mengutuk aksi kekerasan tersebut," tutur Hasto.

Kendati demikian, PDIP meminta Panglima TNI Agus Subiyanto secepatnya menindak oknum TNI tersebut agar tidak mencederai netralitas TNI.

“Nama baik TNI, juga Polri dan aparatur negara lainnya, jangan dikorbankan dengan aksi oknum-oknumnya. Karena itulah Panglima TNI dan Kapolri harus menegaskan kembali netralitas itu," ujar Hasto.

"Sebab struktur TNI/Polri itu komando. Jika pucuk tertinggi netral dan ditegakkan dengan penuh disiplin, maka yang di bawah juga akan taat dan berdisiplin," timpalnya. 

Dia menegaskan, PDIP percaya bahwa TNI dan Polri akan menempatkan kepentingan rakyat, bangsa dan negara di atas segalanya. 

“Nama baik TNI/Polri itu sangat baik karena sejarahnya menjaga NKRI. Sikap partisan sebagaimana terjadi di Boyolali bisa merusak nama baik itu sehingga harus ditindak tegas," ujar Hasto. 

Marwah TNI dan Polri serta aparatur negara lainnya, tambah Hasto, kini sedang dipertaruhkan di depan mata 270 juta lebih rakyat Indonesia. 

"Jangan sampai karena ulah segelintir oknum dengan ambisi pribadi merusak nama baik lembaga TNI sebagai penjaga kedaulatan negara dan Polri sebagai garda terdepan penjaga keamanan dan penegak hukum di Republik Indonesia," tandas Hasto.