Langka, Fenomena Blue Moon Terjadi Malam Ini

mbahdot
mbahdot
Diperbarui 22 Agustus 2021 15:39 WIB
Monitorindonesia.com - Fenomena Bulan Biru (Blue Moon) akan terjadi malam ini, Minggu (22/8/2021) pukul 19.00 WIB. Kejadian ini cukup langka, terjadi kira-kira setiap dua atau tiga tahun sekali. Sudah tau belum Blue Moon ini fenomena apa? Andi Pangerang, peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menjelaskan, secara umum ada dua definisi yang berbeda mengenai Bulan Biru. Pertama, Bulan Biru Musiman (Seasonal Blue Moon), yakni Bulan Purnama ketiga dari salah satu musim astronomis yang di dalamnya terjadi empat kali Bulan Purnama. Kedua, Bulan Biru bulanan (Monthly Blue Moon), yakni Bulan Purnama kedua dari salah satu bulan di dalam kalender Masehi yang di dalamnya terjadi dua kali Bulan Purnama. Purnama pada malam ini termasuk ke dalam Bulan Biru Musiman. Di dalam Almanak Petani Maine di Amerika Serikat, purnama ini dinamakan sebagai Purnama Sturgeon dikarenakan pada bulan Agustus, ikan Sturgeon (ikan penghasil kaviar) muncul ke permukaan danau sehingga mudah ditangkap. "Purnama ini juga memiliki nama lain: Purnama Jagung Hijau (Green Corn Moon), Purnama Ceri Hitam (Black Cherry Moon) dan Purnama Terbang Tinggi (Flying Up Moon)," ungkap Andi dalam keterangan tertulisnya, dikutip Minggu (22/8/2021). Bulan Biru Musiman terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali, sebelumnya pernah terjadi pada 19 Mei 2019 dan 22 Mei 2016. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 20 Agustus 2024 dan 20 Mei 2027 mendatang. Bulan Biru Bulanan juga terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali, sebelumnya penah terjadi pada 31 Juli 2015 dan 31 Januari 2018. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 31 Agustus 2023 dan 31 Mei 2026 mendatang. Mengapa Bisa Terjadi Bulan Biru? Andi mengatakan "Umumnya, dalam sebuah musim astronomis (yang ditandai oleh solstis ataupun ekuinoks) dapat terjadi tiga kali Bulan Purnama. Hal ini dikarenakan durasi musim untuk musim gugur (belahan utara) dan musim dingin (belahan utara) rata-rata 89,5 hari, sedangkan durasi musim untuk musim semi (belahan utara) dan musim panas (belahan utara) rata-rata 93 hari. Sedangkan rata-rata lunasi (satu siklus periode sinodis Bulan mengelilingi Bumi) sebesar 29,53 hari. Sehingga 89,5 : 29,53 = 3,03 atau dibulatkan menjadi 3. Akan tetapi, jika Bulan Purnama pertama terjadi berdekatan dengan awal musim astronomis, maka memungkinkan dalam sebuah musim astronomis terjadi empat kali Bulan Purnama. Bulan purnama ketiga dalam sebuah musim astronomis yang mengalami empat kali Bulan Purnama inilah yang disebut sebagai “Bulan Biru”". Dalam kalender Masehi, ada tujuh bulan yang berumur 31 hari dan ada empat bulan yang berumur 30 hari. Nilai ini lebih besar dari rata-rata lunasi yakni 29,53 hari. Jika Bulan Purnama terjadi di sekitar awal bulan Masehi, maka memungkinkan dalam sebuah bulan di kalender Masehi terjadi dua kali bulan purnama. Bulan Purnama kedua dalam sebuah bulan di kalender Masehi inilah yang disebut juga sebagai “Bulan Biru”. Apakah bulan Februari memungkinkan terjadi Bulan Biru? Dikarenakan umur bulan yang lebih kecil dari 29,53 hari; maka bulan Februari TIDAK MEMUNGKINKAN terjadi Bulan Biru. Pada tahun-tahun tertentu, bulan Februari tidak mengalami Bulan Purnama sama sekali. Fenomena ini disebut juga Bulan Hitam (Black Moon). “Bulan Hitam” memungkinkan terjadi jika pada bulan Januari dan Maret terjadi Bulan Biru. Bulan Biru yang terjadi dua kali dalam setahun disebut juga sebagai Bulan Biru Ganda (Double Blue Moon) dan tidak harus terjadi pada bulan Januari dan Maret saja akan tetapi dapat terjadi untuk bulan lainnya. Fenomena ini cukup langka terjadi, antara tiga hingga lima kali dalam satu abad. Fenomena “Bulan Biru Ganda” ini terakhir kali terjadi pada 2018 dan 1999, serta akan terjadi kembali pada 2037, 2075 (tidak dialami Amerika Selatan, Eropa, Afrika dan Australasia) serta 2094. Mengapa Dinamakan “Bulan Biru”? Bulan Biru hakikatnya TIDAK BENAR-BENAR BIRU! Asal-usul historis istilah ini dan dua definisinya sebenarnya masih simpang siur dan kebanyakan pihak menganggapnya sebagai kesalahan interpretasi. Banyak orang meyakini istilah “Bulan Biru” yang dimaknai sebagai sesuatu hal yang terjadi sangat langka berasal dari ketika kabut asap dan abu vulkanik dari letusan gunung berapi mengubah Bulan menjadi berwarna kebiruan. Istilah ini sudah ada setidaknya sejak 400 tahun yang lalu dari penelusuran saat ini, yang mana seorang penutur cerita rakyat berkebangsaan Kanada, Dr. Philip Hiscock, mengusulkan bahwa penyebutan “Bulan Biru” bermakna bahwa ada hal yang ganjil dan tidak akan pernah terjadi.

Topik:

Blue Moon