Gencatan Senjata Antara Israel dan Jihad Islam Mulai Berlaku

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 8 Agustus 2022 09:30 WIB
Jakarta, MI - Gencatan senjata Israel dan kelompok militan Palestina Jihad Islam mulai berlaku di Jalur Gaza setelah pertempuran lintas perbatasan selama tiga hari yang dipicu oleh serangan udara mendadak oleh Israel. Pejabat dari Mesir, yang menengahi kesepakatan itu sebelumnya mengatakan bahwa gencatan senjata akan dimulai pada pukul 11.30 malam waktu setempat pada hari Minggu. Israel mengkonfirmasi bahwa gencatan senjata akan dilakukan, tetapi mengatakan akan merespons jika dilanggar. Jihad Islam juga membenarkan kesepakatan tersebut. "Kami menghargai upaya Mesir yang telah dilakukan untuk mengakhiri agresi Israel terhadap rakyat kami," kata juru bicara Tareq Selmi seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (8/8). Kesepakatan itu setidaknya akan menghentikan sementara pertumpahan darah yang meletus di wilayah yang diblokade pada hari Jumat dengan Operasi Breaking Dawn “pre-emptive” Israel. Operasi itu dikatakan untuk menggagalkan dugaan serangan roket yang direncanakan oleh Jihad Islam Palestina. Total 36 warga Palestina, di antaranya 11 anak-anak serta anggota Jihad Islam, tewas dalam serangan pengeboman dan lebih dari 300 orang terluka, sementara 13 warga Israel dirawat di rumah sakit karena luka ringan. Roket pembalasan ditembakkan ke perbatasan Gaza ke arah selatan negara itu. Israel mengatakan sebuah roket nyasar yang ditembakkan oleh Jihad Islam telah menewaskan beberapa anak di Jabalia, Gaza utara, pada hari Sabtu. Jihad Islam belum mengomentari klaim tersebut, sementara kelompok Hamas, yang menguasai jalur tersebut, menyalahkan serangan itu pada Israel. Insiden itu merupakan kekerasan terburuk antara gerilyawan Israel dan Palestina sejak perang 11 hari Mei lalu. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah memberi isyarat bahwa serangan itu seharusnya berlangsung sekitar seminggu. Serangan Israel telah menimbulkan kerugian yang signifikan pada Jihad Islam dalam tiga hari terakhir, termasuk pembunuhan yang ditargetkan terhadap dua komandan senior. Apakah konfrontasi terakhir masih bisa meningkat menjadi konflik skala penuh sangat tergantung pada apakah Hamas, gerakan Islam yang lebih besar yang mengendalikan jalur itu, memutuskan untuk campur tangan. Meski kedua kelompok itu bersekutu, namun Hamas belum sepenuhnya mengisi kembali persenjataan atau jaringan terowongannya sejak perang Mei lalu dan menolak untuk ditarik ke dalam pertempuran. Namun, semua pihak menyadari bahwa setiap jam yang berlalu meningkatkan risiko salah perhitungan atau eskalasi. Tidak seperti Hamas, Jihad Islam tidak bertanggung jawab untuk menjalankan urusan sehari-hari di wilayah miskin itu. Akibatnya, faksi tersebut dipandang sebagai faksi perlawanan yang lebih militan sering bertindak secara independen dan terkadang bahkan melemahkan otoritas Hamas. #gencatan senjata

Topik:

Israel Palestina Jalur Gaza