Parah, Demi Masuk Musda Demokrat Kaltim, Bupati PPU Abdul Gafur Pakai Duit Haram

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 8 Juni 2023 03:05 WIB
Jakarta, MI - Untuk masuk Musda Demokrat Kalimantan Timur, Bupati Penajam Paser Utara (PPU) periode 2018-2023, Abdul Gafur Mas'ud (AGM) harus menggunakan uang haram atau hasil korupsi penyertaan modal Pemkab PPU ke Perumda untuk sewa private jet hingga supporting dana kebutuhan Musda Partai Demokrat Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Alexander Marwata mengatakan, fakta ini didapat dari pengembangan perkara suap sebelumnya yang juga menjerat Abdul Gafur. Supporting dana kebutuhan musda partai," kata Alex dalam konferensi pers di Gedung KPK, Jakarta Selatan, Rabu (7/6). Dalam dalam kasus ini, KPK telah menetapkan sejumlah tersangka yaitu Abdul Gafur Mas'ud (AGM) selaku Bupati PPU periode 2018-2023 sekaligus Kuasa Pemegang Modal Perumda Benuo Taka, Baharun Genda (BG) selaku Direktur Utama (Dirut) Perumda Benuo Taka Energi, Heriyanto (HY) selaku Dirut Perumda Benuo Taka, dan Karim Abidin (KA) selaku Kepala Bagian Keuangan Perumda Benuo Taka. Konstruksi Perkara Adapun konstruksi perkara yang menjerat bupati di wilayah yang akan dijadikan sebagai ibukota negara atau IKN itu. Kata Alex, saat menjabat sebagai Bupati, Abdul Gafur bersama DPRD dalam paripurna RAPBD menyepakati adanya penambahan penyertaan modal bagi Perumda Benuo Taka sebesar Rp29,6 miliar, Perumda Benuo Taka Energi (PBTE) disertakan modal Rp10 miliar, dan Perumda Air Minum Danum Taka dengan penyertaan modal Rp18,5 miliar. Selanjutnya pada Januari 2021, Baharun melapor ke Abdul Gafur terkait belum direalisasikannya dana penyertaan modal bagi PBTE, sehingga Abdul Gafur memerintahkan Baharun mengajukan permohonan pencairan dana dimaksud yang ditujukan pada Abdul Gafur yang kemudian diterbitkan Keputusan Bupati PPU sehingga dilakukan pencairan dana sebesar Rp3,6 miliar. Kemudian sekitar Februari 2021, Heriyanto juga melaporkan hal yang sama, sehingga Abdul Gafur memerintahkan kembali agar segera diajukan permohonan sehingga diterbitkan Keputusan Bupati PPU berupa pencairan dana sebesar Rp29,6 miliar. Sedangkan bagi Perumda Air Minum Danum Taka, Abdul Gafur menerbitkan Keputusan Bupati PPU dengan pencairan dana sebesar Rp18,5 miliar. "Namun demikian, tiga keputusan yang ditandatangani AGM tersebut, diduga tidak disertai dengan landasan aturan yang jelas dan tidak pula melalui kajian, analisis, serta administrasi yang matang, sehingga timbul pos anggaran dengan berbagai penyusunan administrasi fiktif yang diduga mengakibatkan kerugian keuangan negara sejumlah sekitar Rp14,4 miliar,” jelas Alex. Dari pencairan uang yang diduga melawan hukum dan menimbulkan kerugian negara tersebut, kemudian dinikmati para tersangka untuk berbagai keperluan pribadi. Abdul Gafur, kata Alex menerima sebesar Rp 6 miliar dan dipergunakan antara lain untuk menyewa private jet, menyewa helikopter, supporting dana kebutuhan Musda Partai Demokrat Provinsi Kaltim. Selanjutnya tersangka Baharun diduga menerima Rp500 juta dipergunakan untuk membeli mobil. Tersangka Heriyanto diduga menerima Rp3 miliar dipergunakan sebagai modal proyek. Sedangkan Karim diduga menerima sebesar Rp1 miliar dipergunakan untuk trading forex. Tim penyidik KPK sejauh ini telah menerima pengembalian uang dari para pihak terkait perkara ini, sejumlah uang sekitar Rp659 juta melalui rekening penampungan KPK dan akan terus ditelusuri lebih lanjut untuk optimalisasi aset recovery-nya. (LA) #Bupati PPU Abdul Gafur