Ini Alasan Gigitan Hewan Rabies Mematikan

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 24 Juni 2023 14:49 WIB
Jakarta, MI - Direktur Bidang Pelayanan Medis, Pendidikan, Penelitian, dan Keperawatan Veteriner Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) Universitas Airlangga (Unair), Nusdianto Triaksono membeberkan alasan gigitan hewan rabies bisa menyebabkan kematian. Menurutnya, penyakit rabies memiliki berbagai macam nama, antara lain Lyssa atau Hidrofobia, tapi di Indonesia lebih terkenal sebagai penyakit anjing gila. Penularan ini bisa terjadi dari hewan ke manusia atau hewan ke hewan melalui gigitan. “Virusnya itu banyak di sekitar mulut, khususnya saliva atau liur. Melalui gigitan atau cakaran, maka virus bisa terbawa menembus kulit dan masuk ke dalam tubuh,” kata Nusdianto, Sabtu (24/6). Saat terjadi luka terbuka pada kulit dan terkena jilatan hewan rabies, maka ada kemungkinan virus masuk ke dalam tubuh. Sebab, kulit pada dasarnya sebagai pelindung tubuh. “Kulit sebenarnya berfungsi sebagai pelindung. Jika kulit terbuka karena tergores atau luka maka agen infeksi seperti bakteri atau virus termasuk virus rabies bisa saja masuk ke jaringan di bawah kulit dengan mudah,” ujar Dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unair ini. Nusdianto menuturkan bahwa virus ini dapat merusak otak dan membuat sistem saraf pusat tidak bekerja dengan baik. “Di mana pun bagian tubuh yang mendapat gigitan, virus ini akan berakhir di otak atau sistem saraf pusat,” katanya. Hal ini tidak hanya terjadi pada hewan tapi pada korban gigitannya, dengan case fatality rate hampir 100 persen. Artinya, korban gigitan anjing penderita rabies umumnya meninggal dunia. Gejala Rabies Ada beberapa bentuk gejala hewan penderita rabies yang bisa masyarakat waspadai. Gejala yang terlihat jelas adalah hewan penderita bisa menjadi lebih agresif. “Pada tahap tertentu, hewan ini bisa lebih agresif. Dia bisa menggigit apa saja, manusia bahkan kayu atau benda-benda lain,” paparnya. Tapi ada tahapan lain yang bernama tahap paralitik. Pada tahap ini hewan menjadi lebih diam bahkan mengarah pada kelumpuhan. Kelemahan yang terjadi pada hewan rabies akan berdampak pula pada korban yang mendapat gigitan. Bahkan, hewan ternak yang biasa menjadi sebagai kurban ternyata dapat terpapar. “Hewan ternak yang terkena rabies cenderung lebih diam, bisa juga ada gejala takut air atau hidrofobia hingga takut terhadap sinar atau fotofobia,” kata dia. Ia menambahkan bahwa rabies pada dasarnya bisa terjadi pada semua hewan, khususnya makhluk berdarah panas seperti anjing, kucing, atau kelelawar, termasuk hewan ternak atau hewan yang ada di kebun. Tak lupa, Nusdianto berpesan kepada masyarakat jika mencurigai hewan peliharaannya terpapar rabies untuk segera melapor ke dokter hewan atau Dinas Peternakan. Begitu pula bila ada korban gigitan hewan, laporan tetap harus dilakukan. “Begitu hewan menggigit maka tangkap, amankan, dan jangan dibunuh. Supaya kita periksa dulu hewan ini menderita rabies atau tidak,” terangnya. Nusdianto menyarankan bagi korban gigitan untuk pergi ke pelayanan kesehatan terdekat agar mendapat penanganan segera. Upaya untuk mencegah terpaparnya virus adalah dengan melakukan vaksinasi. Vaksin rabies saat ini sudah tersedia, sehingga masyarakat diharapkan lebih proaktif dalam memanfaatkannya. Vaksin rabies bisa dilakukan sekali dalam satu tahun. Masyarakat bisa menghubungi dokter hewan atau dinas peternakan setempat untuk mendapatkan. (AL) #Hewan Rabies