JPMorgan: Pasar Asia Tenggara akan Alami Penurunan Tajam Sebelum Kembali Membaik pada Paruh Kedua 2023

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 12 Desember 2022 11:49 WIB
Jakarta, MI - Pasar Asia Tenggara akan bergerak dengan cara yang mirip dengan "bungee jumping" pada tahun 2023 atau terjun bebas sebelum melonjak pada paruh kedua tahun ini, menurut analis JPMorgan. Perkembangan itu kemungkinan akan ditandai dengan "penurunan tajam diikuti oleh peningkatan cepat di ketinggian terentu sebelum kemudian diikuti oleh penurunan lainnya sampai akhirnya pasar berhenti di titik terendah," tulis analis yang dipimpin oleh Rajiv Batra dalam sebuah laporan seperti dikutip CNBC.com, Senin (12/12). Mereka mengaitkan kondisi itu dengan daya beli yang melemah sehubungan dengan pengetatan kebijakan moneter, tabungan yang lebih rendah, dan biaya pinjaman yang lebih tinggi. JPMorgan memperkirakan Indeks MSCI ASEAN akan "menguji ulang posisi terendah tahun ini dan berpotensi bergerak lebih rendah lagi" pada paruh pertama tahun 2023 karena terbebani oleh permintaan eksternal yang lebih lemah, pengetatan kondisi keuangan, dan dorongan pembukaan kembali yang "melemah" di antara faktor-faktor lainnya. Indeks MSCI ASEAN turun 22% dari level tertinggi di bulan Februari ke level terendah tahun ini di bulan Oktober. Indeks kemudian rebound 10%, didukung oleh harapan pembukaan kembali pasar China dan poros dari Federal Reserve AS. Dorongan pembukaan kembali pasar China diperkirakan tak banyak membawa pengaruh mengingat kondisi resesi global. Indeks JP Morgan mengukur kinerja saham kapitalisasi besar dan menengah di empat pasar negara berkembang, satu pasar maju, dan satu pasar menengah. Secara total, saham itu terdiri dari 170 konstituen di Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Sementara itu, ekonomi berorientasi perdagangan suku bunga The Fed diperkirakan mencapai 5% pada bulan Mei dan resesi AS diperkirakan terjadi pada akhir tahun. Tapi "bertentangan dengan kepercayaan investor, pasar ekuitas telah gagal untuk sepenuhnya mengimbangi resesi sampai hal itu terjadi," menurut laporan itu. Ekonomi berorientasi perdagangan seperti Singapura, Thailand, Vietnam dan Malaysia akan sangat terpengaruh oleh pertumbuhan global yang lebih lambat di masa mendatang dan permintaan yang lebih lemah untuk barang-barang konsumsi tahan lama. Ekonomi Thailand, misalnya, diperkirakan akan terkena "penurunan signifikan" dalam ekspor, investasi swasta, dan manufaktur. Analis JPMorgan menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto 2023 negara itu dari 3,3% menjadi 2,7%. Singapura juga diperkirakan akan menghadapi kondisi ekonomi makro yang lebih menantang. “Kami perkirakan bahwa melemahnya permintaan eksternal akan terus memperlambat sektor penghasil barang [Singapura] bahkan ketika sektor jasa memberikan beberapa kompensasi.” Sedangkan kenaikan pajak barang dan jasa Singapura yang akan datang, dari 7% menjadi 8%, juga akan mengurangi prospek permintaan dan sektor konsumen, kata JPMorgan. China Daratan melonggarkan banyak kontrol Covid yang ketat dalam seminggu terakhir setelah otoritas nasional mengumumkan banyak perubahan besar seperti kemudahan perjalanan di dalam negeri, menjaga bisnis tetap beroperasi, dan mengizinkan pasien Covid untuk dikarantina di rumah. “Manfaat dari pembukaan kembali China akan diimbangi oleh resesi di pasar negara maju,” ujar analis JPMorgan mengatakan kepada CNBC. Dia menambahkan bahwa pasar Asia Tenggara memiliki eksposur yang tinggi terhadap ekspor dan permintaan dari ekonomi pasar negara maju.  

Topik:

Singapura Asia Tenggara Ekonomi JPMorgan