Melambatnya Ekonomi China Diwaspadai Pemerintah

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 21 November 2023 20:00 WIB
Bendera RI dan RRC (Foto: Depositphotos)
Bendera RI dan RRC (Foto: Depositphotos)

Jakarta, MI - Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Abdurohman mengatakan pemerintah sedang mewaspadai perekonomian China. Kondisi perekonomian China saat ini tengah mengalami perlambatan.

China merupakan salah satu negara yang punya hubungan kuat dengan Indonesia sebagai mitra dagang. "Ini juga diperkirakan akan mengalami perlambatan dan ini perlu kita waspadai karena 20 persen ekspor kita ke China," kata Abdurohman dalam seminar Indonesia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Selasa (21/11).

Dia menjelaskan bahwa melemahnya sektor properti dan penurunan investasi asing langsung (FDI) berdampak pada perlambatan perekonomian China yang terus-menerus. Kedua sektor ini merupakan kekuatan utama ekonomi China, dan pelemahan keduanya berpengaruh amat signifikan.

"Berbeda dengan Amerika Serikat dan kita yang lebih banyak didorong oleh konsumsi, perekonomian China lebih banyak didorong oleh investasi. Itu menjadi akar persoalan China karena banyak investasi yang lari ke sektor properti, sementara sektor itu sedang mengalami banyak krisis," kata Abdurohman menjelaskan.

Ia mengatakan persoalan lainnya yaitu banyak pemerintah daerah di China yang mengandalkan sektor properti untuk penerimaan daerah. Sehingga ketika sektor properti di sana mengalami guncangan, penerimaan mereka tertekan dan menimbulkan peningkatan utang.

Di Indonesia, sektor ekspor mencatatkan perlambatan pada kuartal III lal. Kinerja ekspor terkontraksi sebesar 4,26 persen (year-on-year/yoy) pada kuartal III, sementara impor terkontraksi 6,18 persen yoy.

Meski begitu, industri manufaktur tumbuh 5,20 persen yoy, berkontribusi 1,06 persen yoy terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, permintaan domestik masih cukup kuat, yang tecermin pada kinerja konsumsi masyarakat dan investasi yang tumbuh masing-masing sebesar 5,06 persen dan 5,77 persen.

Kementerian Keuangan percaya bahwa kinerja manufaktur dan konsumsi domestik yang positif dapat mengimbangi pelemahan ekspor. Namun, pemerintah akan tetap memperhatikan perubahan di sektor ekspor dan impor.(Ran)