Ledakan Tungku Smelter PT ITSS Tewaskan Belasan Buruh, Buruh: Masihkan TKA China Diperlukan?

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 24 Desember 2023 11:21 WIB
Tungku smelter PT ITSS meledak (Foto: Dok MI)
Tungku smelter PT ITSS meledak (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Tungku smelter milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng) meledak, Minggu (24/12.

Laporan terbaru menyebutkan sedikitnya ada 13 orang meninggal dunia akibat ledakan itu.

Termasuk ada yang kritis, luka berat, maupun luka ringan.

Menganggapi hal itu, Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengatakan bahwa hal itu merupakan dampak dari investasi Cina di Morowali menyebabkan upah murah dan mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Oleh karena itu, Said Iqbal meminta segera dibuat Tim Pencari Fakta dari Kemnaker RI dan berbagai instansi terkait. 

Hari ini juga, tegas dia, Tim Pencari Fakta harus turun ke lapangan untuk menyelidiki apa yang sesungguhnya terjadi.

"Persoalan K3 sudah terjadi berulang-ulang. Bahkan sampai memakan korban jiwa. Ini tidak bisa dibiarkan," kata Said Iqbal.

"Karena persoalan K3 sudah sering terjadi, kami juga meminta pidanakan pengusaha. Seringnya terjadi kasus, hal itu menunjukkan bukan saja karena kelalaian, tetapi diduga akibat terjadinya pembiaran," lanjutnya.

Selain itu, Said Iqbal mendesak agar Pemerintah dan pengusaha memberikan santunan kepada yang meninggal dunia, termasuk biaya pemakaman hingga biaya pendidikan anak-anak korban. 

Begitu pun yang luka-luka, harus ditanggung biaya berobat dan santunan kecelakaan dibiayai Negara 

"Penerapan K3 harus benar-benar dipastikan berjalan dan ada sanksi berat bagi yang melanggar," tegasnya.

Selain itu, Partai Buruh mendesak agar UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja segera direvisi, karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Terlebih di UU 1/1970 hanya mengatur sanksi 100 ribu, sehingga tidak memberikan efek jera. (Wan)