SKK Migas Temukan Dua Sumber Gas Besar, Produksi Bakal Dipercepat
![Dhanis Iswara](https://monitorindonesia.com/storage/media/user/avatar/VoNo6JTUrDAPOfAguLpW0li1Z5jIpivBSpcblvgu.jpg )
![SKK Migas Temukan Dua Sumber Gas Besar, Produksi Bakal Dipercepat Ilustrasi - Fasilitas produksi migas](https://monitorindonesia.com/storage/news/image/55140c9a-46b8-4d83-8a2d-52389b510176.jpg)
Jakarta, MI - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) akan mempercepat proses produksi pasca penemuan dua sumber gas besar atau giant discovery di laut Kalimantan Timur dan sebelah utara Sumatera agar temuan tersebut dapat segera dioptimalkan.
"Mayoritas investor migas yang hendak melakukan eksplorasi akan memilih wilayah kerja (WK) yang sudah memiliki infrastruktur dan lebih dekat dengan pasar sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan agar setiap temuan ini bisa segera dioptimalkan," kata Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (30/12).
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Mubadala Energy, perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA) mengumumkan penemuan besar cadangan gas bumi in place di WK South Andaman dengan potensi lebih dari 6 trillion cubic feet (TCF).
Temuan gas jumbo itu berasal dari sumur eksplorasi Layaran-1. Lokasi tersebut sekitar 100 kilometer lepas pantai Sumatera bagian utara. WK South Andaman merupakan WK migas yang dilelang pada 2018 dan baru diteken kontrak pengelolaannya oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Mubadala Energy pada Februari 2019 dengan menggunakan mekanisme kontrak gross split.
Sebelumnya ENI, perusahaan migas asal Italia, juga menyatakan adanya penemuan cadangan gas in place dari sumur eksplorasi Geng North-1 di WK North Ganal sebesar 5 TCF dengan kandungan kondensat diperkirakan mencapai 400 Mbbls. WK migas tersebut berlokasi sekitar 85 kilometer dari lepas pantai Kalimantan Timur.
Benny mengharapkan dengan temuan itu, investor asing kembali melirik dan memasukkan Indonesia sebagai portofolio investasi ke depan. Untuk itu, ia menyampaikan perlu ada perbaikan dari sisi fiscal term maupun non fiscal term (ease of doing business).
"Kita perlu melakukan perbaikan yang benar-benar baik. Artinya, perbaikan tersebut bisa meningkatkan daya pikat investasi Indonesia, mengingat saat ini kita tengah dalam kondisi bersaing dengan negara-negara lain," ujarnya.
Setelah penemuan itu, ia juga mengharapkan adanya percepatan proses menuju onstream. Ia menargetkan jika sesuai dengan rencana, pada 2028-2029 proyek South Andaman sudah mulai onstream.
"Tahun 2024 akan dimulai appraisal-nya, 2025-2026 sudah plan of development (POD) dan di 2028-2029 sudah onstream," kata Benny.
Berita Sebelumnya
![Komisi VII Beberkan Kasus Korupsi Pertambangan yang Terjadi Belakang Ini Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto (Foto: Ist)](https://monitorindonesia.com/storage/news/image/mulyanto.webp)
Komisi VII Beberkan Kasus Korupsi Pertambangan yang Terjadi Belakang Ini
14 Juni 2024 18:50 WIB
![Legislator PKS Tolak Rencana Pemerintah Bagi-bagi IUPK ke Ormas Keagamaan Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PKS, Mulyanto (Foto: Ist)](https://monitorindonesia.com/storage/news/image/anggota-komisi-vii-dpr-ri-mulyanto.webp)
Legislator PKS Tolak Rencana Pemerintah Bagi-bagi IUPK ke Ormas Keagamaan
14 Juni 2024 13:53 WIB
![Kejagung Periksa Komisaris PT Teras Purai Tanajaya Inisial AE soal Korupsi Tambang Kutai Barat Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Harli Siregar (Foto: Dok MI)](https://monitorindonesia.com/storage/news/image/kapuspenkum-kejagung-harli-siregar-2.webp)
Kejagung Periksa Komisaris PT Teras Purai Tanajaya Inisial AE soal Korupsi Tambang Kutai Barat
13 Juni 2024 21:04 WIB