MenKopUKM Paparkan Kekuatan Ekonomi Indonesia di Belanda

Zefry Andalas
Zefry Andalas
Diperbarui 25 Januari 2024 09:45 WIB
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menggelar pertemuan bilateral dengan Deputi Menteri Hubungan Ekonomi dan Kebijakan Iklim Belanda Sandor Gaastra. (Foto: KEMENKOPUKM)
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menggelar pertemuan bilateral dengan Deputi Menteri Hubungan Ekonomi dan Kebijakan Iklim Belanda Sandor Gaastra. (Foto: KEMENKOPUKM)

Jakarta, MI- Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengadakan pertemuan bilateral dengan Deputi Menteri Hubungan Ekonomi dan Kebijakan Iklim Belanda Sandor Gaastra dalam rangka memperkuat kemitraan ekonomi, khususnya kewirausahaan dan rantai pasok global.

“Indonesia merupakan bagian dari ASEAN. Dalam konteks global, ASEAN perlu berani mengklaim dirinya sebagai global hub produksi pertanian dan perikanan budidaya,” kata MenKopUKM dalam rangkaian kunjungan kerja di Belanda, Kamis (25/01).

Produk perikanan ASEAN menyumbang 21,9 persen dari total produksi perikanan dunia dan diprediksi meningkat setiap tahunnya. Negara-negara ASEAN khususnya Indonesia, Vietnam, dan Thailand juga berkontribusi sebesar 16,5 persen terhadap ekspor udang dunia.

“Tidak hanya perikanan, ASEAN juga merupakan hub produksi buah-buahan tropis dan pertanian. Nanas misalnya, menyumbang sekitar 27 persen produksi nanas dunia,” ucapnya

Teten mengatakan, untuk menjadi pusat pertanian dan budi daya perikanan global, ASEAN menghadapi tantangan dalam menyediakan ekosistem bisnis yang memfasilitasi usaha mikro dan kecil untuk tumbuh dan berkembang melalui koperasi dan kemitraan rantai pasokan.

“Saya tahu Belanda sangat kuat dalam rantai nilai global. Dalam kunjungan ini, kami ingin mendatangi beberapa UKM di Belanda yang terkait dengan rantai pasokan global. Khususnya di industri pertanian, akuakultur, dan manufaktur,” kata Teten.

Selain itu, kunjungan MenKopUKM ke Belanda juga dimaksudkan untuk mendapat informasi secara langsung tentang kebijakan dan program Belanda dalam mempromosikan UKM/Start-up.

Khususnya pengembangan kewirausahaan termasuk UKM/Start-up yang inovatif, program dukungan untuk UKM yang terlibat dalam rantai nilai global, program pitching untuk Start-up, dan program alokasi pengadaan pemerintah untuk UKM.

Pertama, Akses Pasar dan Ekspansi Digital. Kedua, Peningkatan Akses terhadap Pembiayaan. Ketiga, Perluasan Kemitraan Strategis, serta keempat, Peningkatan Kapasitas SDM Koperasi dan UMKM.

“Terkait dengan program Pengembangan Kewirausahaan Nasional, kami melaksanakan beberapa program pendukung lainnya. Yaitu Entrepreneur Development (Konsultasi dan Pendampingan Bisnis), iStartup.id (Inkubasi dan Akselerasi Bisnis), EFF (Program Akses Finansial), E-Hub (Platform Ekosistem Wirausaha Terpadu), dan Transformasi Digital UMKM,” kata Teten.

Indonesia mempunyai 400 koperasi modern. Sebanyak 220 koperasi modern di antaranya, merupakan koperasi pertanian, sedangkan 180 lainnya merupakan koperasi non-pertanian.