China, Eropa, Amerika Serikat dan Jepang Minta Presiden Jokowi Setop Larangan Ekspor Bijih Nikel

Zefry Andalas
Zefry Andalas
Diperbarui 25 Januari 2024 10:17 WIB
Ilustrasi - Bendera China, Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa. (Foto:MI/Zefry)
Ilustrasi - Bendera China, Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa. (Foto:MI/Zefry)

Jakarta, MI – Negara China, Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan lainnya gagal melobi Presiden Jokowi (Jokowi) untuk kembali membuka keran ekspor bijih nikel. Seperti diketahui, Indonesia saat ini sudah berencana tidak akan lagi menjual barang mentah kepada asing sebagaimana dalam program hilirisasinya.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menduga, saat ini ada pihak asing yang melobi ke salah satu Calon Presiden (capres). Khususnya, untuk menghentikan program hilirisasi nikel.

"Karena tak bisa lobi Pak Jokowi, Pak Luhut dan Saya. Maka lobi lah pada calon pemimpin lain untuk segera kita setop atau membuka kembali ekspor (bijih) nikel. Jadi bapak ibu silahkan simpulkan sendiri yang betul-betul mementingkan kepentingan nasional siapa," ucap Bahlil dalam konferensi pers, Rabu (24/1).

Bahlil menjelaskan akibat dari kebijakan larangan ekspor bijih nikel beberapa waktu lalu, Uni Eropa kemudian membuat Undang-Undang atau aturan dimana untuk membangun pabrik baterai, maka harus dekat dengan lokasi pabrik mobilnya. "Supaya negara-negara penghasil sumber daya yang bahan baku mobil itu tidak mempunyai pabrik baterai. Itu pertarungannya ke situ," kata dia.