Danantara Hadapi Teka-teki Utang Whoosh: APBN atau Skema Baru?

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 24 Oktober 2025 5 jam yang lalu
Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh (Foto: Dok MI)
Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara memastikan tengah menyiapkan berbagai opsi penyelesaian utang proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh. 

Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, menjelaskan bahwa pemerintah bersama lembaganya tengah mengkaji berbagai alternatif penyelesaian utang KCJB agar tidak menambah beban keuangan bagi BUMN, khususnya PT KAI (Persero).

"Menurut saya kita terjebak sama itu ya. Perdebatan itu yang menurut saya sebetulnya kita akan cari opsi terbaik. Belum tentu pakai itu (APBN) dan kami mengikuti saja arahan Presiden," jelas Dony saat dijumpai di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (23/10/2025). 

Pernyataan tersebut disampaikan Dony ketika menanggapi pertanyaan mengenai kemungkinan penggunaan dana APBN dalam skema penyelesaian utang proyek kereta cepat tersebut.

"Tapi opsinya tentu diputuskan oleh nanti oleh pemerintah. Bagaimana opsi yang terbaik. Bagi kami yang penting memastikan bahwa layanan publiknya sudah nyata," ujar Dony. 

Dony menuturkan, sebagai pemegang saham PT KAI, Danantara saat ini juga tengah mengupayakan negosiasi utang dengan pihak kreditur China. Komunikasi juga intens dilakukan dengan Menteri Koordinator Infrastrtur, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). 

"Kita sedang mengatur waktu. Kita sedang diskusikan juga dengan Menko Infrastruktur untuk segera kita akan menegosiasikan. Hubungan kita juga bagus, komunikasi bagus," katanya.

China Siap Negosiasi Soal Utang Kereta Cepat Jakarta–Bandung

Pemerintah China menyatakan siap membantu memastikan operasional kereta cepat Jakarta–Bandung tetap berjalan lancar seiring dengan langkah pemerintah Indonesia membuka pembicaraan untuk merestrukturisasi pinjaman proyek tersebut. 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menekankan bahwa dalam menilai proyek kereta cepat, Indonesia dan China tidak hanya perlu mempertimbangkan data keuangan dan indikator ekonomi, tetapi juga dampak publik serta manfaat keseluruhannya. 

"Perlu ditegaskan bahwa, ketika menilai proyek kereta api cepat, selain angka-angka keuangan dan indikator ekonomi, manfaat publik dan imbal hasil komprehensifnya juga harus dipertimbangkan," jelasnya dalam konferensi pers di Beijing, Senin (20/10/2025).

Pernyataan tersebut disampaikan Guo menanggapi langkah pemerintah Indonesia yang berencana merundingkan restrukturisasi utang dengan pihak China terkait kereta cepat Whoosh. 

"Pemerintah kedua negara sangat mementingkan pengembangan proyek ini. Otoritas dan perusahaan yang berwenang dari kedua negara telah menjalin koordinasi erat untuk memberikan dukungan kuat bagi pengoperasian kereta cepat sehingga aman dan stabil," kata Guo.

Guo menyampaikan bahwa China siap bekerja sama dengan Indonesia untuk terus memfasilitasi pengoperasian kereta cepat Jakarta-Bandung yang berkualitas tinggi. 

"Sehingga proyek ini akan memainkan peran yang lebih besar dalam mendorong pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia serta meningkatkan konektivitas di kawasan," imbuhnya.

Guo menuturkan bahwa KCJB telah beroperasi selama dua tahun dan sepanjang periode tersebut menunjukkan kinerja yang aman, tertib, dan lancar.

"Kereta cepat ini telah melayani lebih dari 11,71 juta penumpang, dengan arus penumpang yang terus meningkat, dan manfaat ekonomi serta sosialnya terus dirasakan, menciptakan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat setempat dan mendorong pertumbuhan ekonomi di sepanjang jalur kereta api. Hal ini telah diakui dan disambut baik oleh berbagai pihak di Indonesia," pungkas Guo.

Topik:

danantara kereta-cepat whoosh utang-whoosh china