Tantangan Global 2025 Mengintai, RI Optimistis Jaga Pertumbuhan 5%

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 13 Januari 2025 19:36 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto (Foto: Dok MI)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan dan ketidakpastian di tahun 2025. Di tengah proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang hanya sebesar 3,2 persen, pemerintah tetap optimistis menjaga pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran 5 persen.

Tantangan tersebut meliputi volatilitas harga komoditas, suku bunga tinggi di negara maju seperti Amerika Serikat, serta pertumbuhan ekonomi China yang masih di bawah ekspektasi.

"Kita juga menghadapi tantangan perubahan iklim yang kita saksikan di banyak belahan dunia. Dengan ini, prospek ekonomi global diperkirakan masih di bawah level Covid-19, sekitar 3,2 persen. Tapi Indonesia masih mampu menjaga pertumbuhan ekonomi," ujar Airlangga dalam IBC Business Competitiveness Outlook 2025 di Raffles Hotel Jakarta, Senin (13/1/2025). 

Airlangga menyampaikan bahwa pemerintah optimistis mampu menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5 persen pada tahun 2025. Jika dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Thailand yang tumbuh sekitar 3 persen dan Korea Selatan yang hanya tumbuh 1,5 persen, Indonesia masih menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam mempertahankan pertumbuhan ekonominya.

"(Indikatornya) Kalau kita lihat dari indikasi PMI di bulan Desember, kita dalam pertumbuhan di mana ekspansi 51,2 persen. Selain itu, indeks konsumen serta indeks penjualan riil juga tumbuh positif," tutur Airlangga. 

Sementara itu, laporan dari Indonesian Business Council (IBC) menyoroti pentingnya empat pendekatan strategis yang harus diambil pemerintah untuk memperkuat kolaborasi dengan dunia usaha dan meningkatkan daya tarik investasi. 

Empat pendekatan strategis tersebut mencakup reformasi tata kelola untuk meningkatkan kemudahan berusaha, kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur serta perbaikan kualitas sosial dan ekonomi, penguatan industrialisasi melalui strategi hilirisasi, dan percepatan pengembangan ekonomi hijau.

Chief Operation Officer IBC William Sabandar menyampaikan, pemerintah Indonesia akan melaksanakan misi besar yang sangat berat. Untuk itu, pihaknya percaya perlu adanya tata kelola dan inovasi.

“Dalam upaya besar ini, pada 2025 pemerintah baru akan mencari aliansi dan menarik investasi secara besar-besaran dan membutuhkan upaya yang kuat. IBC percaya untuk mencapai misi ini tata kelola harus direformasi dan inovasi harus dikejar,” imbuh William.

Ia menambahkan, tata kelola yang direformasi sangat dibutuhkan guna membangun kepercayaan, memastikan pencapaian program, dan mencegah kebocoran anggaran. Sedangkan inovasi akan membantu membuka peluang tersembunyi dan membantu mengamankan daya saing regional Indonesia.

Topik:

pertumbuhan-ekonomi ibc airlangga-hartarto ekonomi-nasional