Harga Minyak Terjun Bebas, Pernyataan Trump Kacaukan Pasar

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 27 Februari 2025 07:51 WIB
Ketidakpastian Tarif Trump Menekan Harga Minyak ke Titik Terendah (Foto: Ist)
Ketidakpastian Tarif Trump Menekan Harga Minyak ke Titik Terendah (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Harga minyak mentah merosot ke level terendah sepanjang tahun ini dalam perdagangan Rabu (26/2/2025), setelah Presiden AS Donald Trump mengeluarkan pernyataan yang memicu gejolak di pasar global.

Pada Kamis (27/2/2025), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun 0,4% menjadi US$68,62 per barel, sementara minyak Brent melemah 0,7% ke US$72,53 per barel.

Penurunan ini terjadi setelah sesi perdagangan yang berlangsung fluktuatif, dengan volume transaksi yang tipis. Ketidakpastian semakin meningkat setelah Trump melontarkan pernyataan yang bertentangan mengenai kebijakan tarif impor terhadap Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa.

Ancaman perang dagang global berimbas pada prospek pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi, terutama di AS dan China, yang merupakan dua konsumen minyak terbesar dunia.

Kepala analis komoditas SEB AB Bjarne Schieldrop menyampaikan ketidakpastian mengenai kebijakan Trump menekan kepercayaan konsumen dan bisnis. 

“Kebijakan Trump melemahkan kepercayaan konsumen dan bisnis, yang pada akhirnya akan menekan konsumsi riil,” ujar Schieldrop.

Awalnya, Trump menyatakan tarif terhadap Kanada dan Meksiko akan segera diberlakukan, sebelum kemudian mengoreksi jadwalnya menjadi awal April. 

Ia juga mengumumkan tarif 25% terhadap Uni Eropa, sebelum beralih membahas bea masuk otomotif dan topik lainnya. 
Selain faktor perdagangan, tekanan terhadap harga minyak juga datang dari potensi peningkatan pasokan global. 

Gedung Putih telah mengonfirmasi rencana kunjungan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, ke Amerika Serikat. Kunjungan ini berpotensi membuka peluang pelonggaran ekspor minyak Rusia jika tercapai kesepakatan damai. 

Sementara itu, Irak berhasil mencapai kesepakatan dengan wilayah Kurdistan untuk kembali melanjutkan ekspor minyak.

Berbagai sentimen negatif ini menutupi faktor bullish yang seharusnya mendukung harga, seperti keputusan Trump untuk mencabut konsesi minyak yang diberikan pemerintahan Biden kepada Nicolás Maduro di Venezuela, sanksi baru terhadap ekspor Iran, serta ekspektasi bahwa OPEC+ akan kembali menunda rencana peningkatan produksi.

Topik:

harga-minyak harga-minyak-mentah wti donald-trump kebijakan-trump