Harga Telur Dunia Meroket Imbas Stok Menipis, Indonesia Tetap Stabil


Jakarta, MI - Di tengah lonjakan harga telur global akibat krisis eggflation, Indonesia justru menikmati stabilitas harga dan stok yang melimpah.
Sementara banyak negara menghadapi kenaikan tajam pada harga telur, Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan bahwa neraca telur ayam nasional dalam kondisi surplus.
"Pemerintah terus menjaga stok dan harga komoditas pangan strategis, termasuk telur. Alhamdulillah, berkat kerja keras semua pihak, terutama petani dan peternak, pada Ramadan dan Lebaran kali ini, stok dan harga sembilan komoditas pangan strategis dalam kondisi aman, bahkan melimpah,” ungkap Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi kementan, Moch Arief Cahyono, Selasa (25/3/2025).
Arief menyampaikan, per 25 Maret 2025, harga telur ayam ras nasional berada di angka Rp29.475 per kg. Bahkan harga telur di Jakarta lebih rendah dari rata-rata nasional, yakni Rp27.688 per kg.
Sementara itu, harga telur di Swiss menyentuh USD6,85 per kg atau sekitar Rp113.534. Sementara itu, di Selandia Baru mencapai USD6,22 atau Rp103.063 dan di Amerika Serikat (AS) USD4,11 atau Rp68.103.
Di Singapura telur ayam dibandrol di harga USD3,24 atau Rp53.687 per kg. Sedangkan di Prancis telur dijual dengan harga USD4,08 atau setara Rp67.606, dan di Australia dijual seharga USD4,13 atau berkisar di angka Rp68.428.
Menariknya, beberapa negara dengan harga telur tinggi, seperti AS, Prancis, dan negara-negara Eropa lainnya, merupakan eksportir utama grand parent stock (GPS) ayam ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Namun, mereka kini tengah menghadapi krisis pasokan akibat wabah penyakit unggas serta meningkatnya biaya produksi, yang turut berkontribusi pada lonjakan harga telur secara global.
Situasi yang tidak stabil di berbagai negara menunjukkan bahwa industri peternakan ayam petelur secara global sedang menghadapi tantangan. Sementara itu, kondisi produksi ayam telur ras Indonesia mengalami surplus.
Surplus produksi ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk mengekspor telur ayam ke berbagai negara yang mengalami keterbatasan pasokan.
“Kekurangan stok di negara lain bisa menjadi peluang bagi kita untuk melakukan ekspor. Salah satu rencana ekspor adalah ke Amerika Serikat. Berdasarkan neraca komoditas, pemerintah siap mengirimkan 1,6 juta butir telur setiap bulan,” terang Arief.
Menurut proyeksi neraca pangan 2025 yang dihimpun oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas), produksi telur ayam ras di Indonesia diperkirakan mencapai 6,4 juta ton sepanjang tahun.
Sementara itu, kebutuhan konsumsi bulanan berada di kisaran 518 ribu ton, menunjukkan bahwa Indonesia memiliki surplus produksi yang signifikan.
“Surplus ini menunjukkan kapasitas produksi yang kuat. Kami akan terus memastikan keseimbangan antara pasokan dan harga agar tidak merugikan peternak maupun konsumen,” pungkasnya.
Topik:
telur eggflation harga-telur-dunia