BPS Catat Inflasi 1,65 Persen pada Maret 2025


Jakarta, MI - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa laju inflasi Indonesia pada Maret 2025 mencapai 1,65% secara bulanan (month to month/mtm). Selasa (8/4/2025).
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, menyebutkan bahwa angka inflasi tersebut tak lepas dari peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dibandingkan Februari 2025.
Tingkat inflasi ini tercatat lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu. Sebagai perbandingan, pada Februari 2025, Indonesia justru mengalami deflasi sebesar 0,48% Sementara itu, inflasi Maret 2024 lalu tercatat sebesar 0,52%.
"Secara year on year (yoy) juga terjadi inflasi sebesar 1,03% dan secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 0,39%," ujarnya.
"Tingkat inflasi Maret 2025 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan Maret tahun 2024," tambah Habibullah.
Deflasi pada Februari 2025
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,48% secara bulanan atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 105,99 pada januari 2025 menjadi 105,48 pada Februari 2025.
"Secara YoY, juga terjadi deflasi 0,09% dan secara tahun kalender mengalami deflasi sebesar 1,24%," tutur Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (3/3/2025).
Kelompok pengeluaran yang paling berkontribusi terhadap deflasi berasal dari sektor perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, dengan tingkat deflasi mencapai 3,59% dan menyumbang deflasi sebesar 0,52%.
"Karena komoditas yang dominan mendorong deflasi kelompok ini adalah diskon tarif listrik yang memberikan andil deflasi 0,67%," ungkapnya.
Selain itu, sejumlah komoditas pangan yang harganya menurun juga ikut mendorong deflasi, seperti daging ayam ras yang mencatat penurunan harga dan memberi andil deflasi sebesar 0,06%.
"Bawang merah, dan cabai merah juga mengalami penurunan ahrga sepanjang bulan Februari, sehingga memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,05% dan 0,04%," katanya.
Selain itu, terdapat komoditas-komoditas lain yang memberikan andil inflasi pada Februari 2025, antara lain kenaikan tarif air minum PAM memberikan andil inflasi sebesar 0,13%.
Kemudian, masih naiknya emas dan perhiasan dan ada penyesuaian harga bensin. Hal itu berturut-turut memberikan andil inflasi sebesar 0,08% untuk emas perhiasan, dan 0,03% andil dari bensin.
Faktor Penyebab Deflasi Februari 2025
Deflasi yang terjadi pada Februari 2025 sebesar 0,48% terutama dipicu oleh penurunan harga pada komponen yang diatur oleh pemerintah. Sementara itu, komponen inti masih mengalami inflasi sebesar 0,25%, dengan andil inflasi sebesar 0,16%.
"Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah emas perhiasan, kopi bubuk, dan mobil," jelasnya.
Di sisi lain, harga-harga yang masuk dalam kategori komponen diatur pemerintah mengalami deflasi cukup dalam, yakni sebesar 2,65%, dan berkontribusi terhadap deflasi sebesar 0,48%. Penyumbang utamanya adalah tarif listrik.
Adapun komponen harga bergejolak mencatat deflasi sebesar 0,93%, dengan kontribusi terhadap deflasi sebesar 0,16%.
Topik:
inflasi badan-pusat-statistik ekonomi-indonesia