Peringkat Daya Saing RI Anjlok 13 Level, Menperin: Saya Tak Puas!

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 20 Oktober 2025 2 jam yang lalu
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (Foto: Ist)
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa peringkat daya saing usaha Indonesia ajlok di kancah global. Sebelumnya, Indonesia berada di peringkat ke-27 dari 69 negara di dunia pada World Competitiveness Ranking (WCR) yang diumumkan oleh Institute for Management Development (IMD) pada 2024 lalu.

Namun pada tahun ini tingkat daya saing Indonesia malah turun ke posisi 40, membuatnya kini tertinggal dari dua negara tetangga, Malaysia dan Thailand. Artinya, Indonesia mengalami penurunan hingga 13 peringkat dalam kurun waktu satu tahun terakhir.

Padahal, dalam beberapa tahun sebelumnya, daya saing usaha nasional sempat menunjukkan tren perbaikan. Pada 2022 Indonesia berada di posisi ke-44, naik ke posisi 34 pada 2023, dan kemudian menembus peringkat 27 pada 2024. "Trend di lima tahun terakhir memperlihatkan pola berfluktuatif.

Peringkat Indonesia pada tahun 2020 berada pada posisi 40, kemudian pada tahun 2021 berada di posisi 37, pada tahun 2022 turun lagi ke posisi 44, pada tahun 2024 membaik ke posisi 27, namun kembali pada tahun ini melemah ke posisi ini," jelas Agus dalam konferensi pers capaian Kemenperin dalam Satu Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran di Kantor Kemenperin, Jakarta Selatan, Senin (20/10/2025).

Peringkat daya saing usaha atau WCR menempatkan Indonesia di posisi tertinggal dibanding sejumlah negara Asia lainnya. Singapura masih menduduki peringkat kedua dunia, disusul China di posisi 16, Malaysia peringkat 23, Thailand di posisi 30, dan Jepang di posisi 35. Sementara di bawahnya ada Indonesia, kemudian India di peringkat 41 dan Filipina di peringkat 51.

"Membuat saya tidak terlalu puas, yaitu Indonesia menempatkan peringkat ke-40 dari 69 negara, peringkat ini menempatkan Indonesia di tengah-tengah negara Asia lainnya," katanya.

Agus menambahkan, berdasarkan perhitungan WCR, dalam konteks ekonomi sebenarnya Indonesia mengalami kenaikan yang cukup baik. Termasuk kenaikan kinerja ekonomi domestik, kinerja efisiensi bisnis, kinerja efisiensi pemerintahan.

Namun dalam sektor perhitungan lain, nilai daya saing Indonesia turun cukup signifikan seperti dari sektor infrastruktur, pendidikan, kesehatan, lingkungan. "Ini menunjukkan sebuah hal yang kontras di Indonesia, di mana untuk lingkungan usaha yang tadi saya sampaikan sudah cukup baik, namun kualitas dan rekomendasi utama lainnya perlu kita kejar khususnya infrastruktur, pendidikan, kesehatan, lingkungan yang harus menjadi perhatian kita," ungkap Agus. 

Untuk mengatasi persoalan ini, Agus menilai industri dalam negeri perlu memiliki peta jalan strategis dari hulu hingga hilir guna meningkatkan efisiensi dan memperkuat pertumbuhan industri berbasis nilai tambah.

Ia menekankan, Indonesia sebenarnya telah mencatat kemajuan penting di sektor manufaktur global sepanjang 2024. Agus memaparkan data terbaru Bank Dunia yang menunjukkan nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia 2024 tembus US$ 265,07 miliar atau setara Rp 4.394,86 triliun (kurs Rp 16.580/dolar AS). Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-13 dunia, melampaui rata-rata MVA global yang hanya US$ 78,73 miliar.

"Kalau kita bicara soal MVA kita bisa melihat data yang cukup menggembirakan. Berdasarkan data World Bank dan dengan menggunakan nilai MBA, Indonesia pada tahun 2024 mencapai US$ 295,07 miliar dan pencapaian ini menempatkan Indonesia pada posisi ke-13 dunia, ke-5 di kawasan Asia, dan berikan pertama di ASEAN, melampaui negara-negara seperti Thailand dan Malaysia yang tadi saya sebutkan di awal," pungkasnya.

Topik:

peringkat-daya-saing-indonesia wcr