Pengamat: Rusia Tidak akan Meluluhlantakkan Kiev

Syamsul
Syamsul
Diperbarui 27 Februari 2022 16:37 WIB
Monitorindonesia.com - Pengamat pertahanan dan militer Connie Rahakundini Bakrie mengatakan, penyelesaian masalah atau konflik antara Rusia dan Ukraina tidak bisa diselesaikan dengan perang. Bahkan perang tidak bisa dibenarkan sebagai salah satu cara solusi mengatasi konflik. Menurutnya, serangan Rusia ke Ukraina sebatas ketegasan sikap Presiden Rusia Vladimir Putin. "Saya rasa Rusia tidak akan meluluhlantakkan Kiev," kata Connie Minggu (27/2/2022). Dia mengajak masyarakat melihat persoalan dari perspektif Putin. Ukraina merupakan negara terbesar setelah Rusia. Menurut Connie, Ukraina memiliki peninggalan gudang senjata sehingga tidak mudah dihancurkan. ''Putin tahu situasi dan kondisi pertahanan Ukraina, makanya dia hanya masuk di perbatasan,'' katanya. Selain itu, wilayah Ukraina sejatinya terbelah dua. Sisi Barat Ukraina sangat pro Eropa atau NATO, sedangkan sisi Timur Ukraina merasa dekat dengan Rusia secara historis. Connie menuturkan Putin geram saat NATO membawa Estonia, Latvia, dan Lithuania usai Uni Soviet runtuh. Putin menilai NATO seharusnya sudah cukup puas melihat hancurnya Uni Soviet. ''Makanya ketika Georgia dan Ukraina ditawarkan masuk NATO pada 2008, Putin memberi peringatan ‘Ini kan wilayah saya. Jangan dipecah belah,’' kata Connie. Diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan dimulainya operasi militer khusus di Ukraina. Ia berjanji akan berusaha untuk demiliterisasi tapi tidak menduduki negara itu. Putin mengatakan, operasi itu akan bertujuan untuk 'demiliterisasi dan denazifikasi' Ukraina. Hal ini mengacu pada pernyataan Kremlin bahwa militer Ukraina mengancam Rusia dan dijalankan oleh neo-Nazi. (Aswan)