Kedatangan Sekjen PBB di Ukraina Disambut Dua Serangan Rudal

Surya Feri
Surya Feri
Diperbarui 29 April 2022 11:45 WIB
Jakarta, MI - Rusia menembakkan dua rudal ke ibu kota Ukraina, Kyiv saat kunjungan Sekjen PBB Antonio Guterres yang menyebabkan sebuah bangunan tempat tinggal rusak serta korban tewas dan luka-luka. Ledakan itu mengguncang distrik Shevchenko di bagian tengah Kyiv. Tiga yang terluka sehingga dilarikan ke rumah sakit, kata Walikota Vitali Klitschko dalam sebuah posting Twitter. Laporan lainnya menyebutkan satu orang meninggal dunia. Menteri Pertahanan Oleksii Reznikov dan Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba mengatakan ledakan itu disebabkan oleh rudal Rusia. Ledakan itu terjadi setelah Sekjen PBB Guterres menyelesaikan pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodomyr Zelensky yang fokus pada upaya untuk mengevakuasi warga sipil dari pelabuhan selatan Mariupol yang dikepung Rusia. Guterres mengatakan kepada penyiar televisi Portugis RTP ketika ditanya tentang ledakan itu: "Ada serangan di Kyiv. Serangan itu mengejutkan saya, bukan karena saya di sini tetapi karena Kyiv adalah kota suci bagi orang Ukraina dan Rusia, katanya seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Jumat (29/4). Sedangkan Kepala Staf Zelensky, Andriy Yermak mengatakan ledakan itu adalah "bukti bahwa kami membutuhkan kemenangan cepat atas Rusia. “Kami harus bertindak cepat, lebih banyak senjata, lebih banyak upaya kemanusiaan karena setiap hari Ukraina membayar harga tinggi untuk perlindungan. demokrasi dan kebebasan," ujarnya. Sedangkan menanggapi permintaan berulang Ukraina kepada para pemimpin Barat untuk pasokan persenjataan dan peralatan yang lebih berat, Presiden AS Joe Biden meminta Kongres menyediakan dana sebesar US$33 miliar untuk mendukung Kyiv. Bantuan itu merupakan lompatan besar dalam pendanaan AS yang mencakup lebih dari US$20 miliar untuk senjata dan amunisi dan bantuan militer lainnya. Bantuan non senjata terdiri dari US$8,5 miliar dalam bantuan ekonomi langsung dan US$3 miliar dalam bantuan kemanusiaan dan keamanan pangan yang merupakan bagian dari upaya AS untuk mengisolasi dan menghukum Rusia atas invasi 24 Februari ke Ukraina. Invasi itu telah meratakan kota-kota dan memaksa lebih dari 5 kota juta orang mengungsi ke luar negeri. “Kami membutuhkan RUU ini untuk mendukung Ukraina dalam perjuangannya untuk kebebasan,” kata Biden di Gedung Putih setelah menandatangani permintaan bantuan itu.