Hadapi Ancaman Korea Utara, Jepang Berencana Beli Rudal Jelajah Tomahawk Buatan AS

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 28 Oktober 2022 17:19 WIB
Jakarta, MI - Jepang berencana untuk membeli rudal jelajah Tomahawk yang dikembangkan AS guna menghadapi ancaman regional yang terus berkembang, terutamadari Korea Utara, menurut pemerintah negara itu. Meski rencana pembelian senjata itu akan memicu kontroversi karena militer Jepang tidak diakui secara resmi di bawah konstitusi pasca perang dunia kedua, akan tetapi AS tampaknya akan memberikan dukungan. Su rat kabar harian Yomiuri Shimbun termasuk di antara yang melaporkan pada hari ini bahwa Tokyo berada dalam tahap akhir diskusi dengan pemerintah AS mengenai pembelian rudal jarak menengah yang diluncurkan dari laut. Surat kabar itu menulis Semenanjung Korea akan berada dalam jangkauan rudal, tergantung pada area peluncuran, mengutip sumber-sumber pemerintah yang tidak disebutkan namanya seperti dikutip TheGuardian.com, Jumat (28/10). Ketika ditanya tentang laporan tersebut, juru bicara pemerintah Hirokazu Matsuno mengatakan para menteri sedang "mempelajari" kemungkinan itu tetapi tidak ada yang diputuskan. Beberapa jam setelah komentar Matsuno, Korea Utara menembakkan rudal balistik yang tidak diidentifikasi lainnya di lepas pantai timurnya, menurut pihak militer Seoul. Peluncuran itu, di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa Korea Utara sedang bersiap untuk uji coba nuklir pertamanya sejak 2017, adalah yang terbaru dalam rekor tahun uji coba rudal. Wakil menteri luar negeri Jepang, Korea Selatan dan Amerika Serikat memperingatkan awal pekan ini bahwa uji coba nuklir Korea Utara akan mendapatkan "respons kuat yang belum pernah terjadi sebelumnya". Jepang sedang mengalami perubahan dramatis dalam sikap pascaperangnya terhadap pertahanan. Pasal sembilan konstitusi negara, yang ditulis oleh pasukan pendudukan AS setelah perang dunia kedua, menolak perang. Negara itu juga dilarang menggunakan kekuatan militer untuk menyelesaikan perselisihan internasional, namun terbatas pada peran defensif yang ketat. Namun demikian, anggaran pengeluaran pertahanan Jepang meningkat hampir setiap tahun selama dekade terakhir. , Tekanan juga meningkat untuk pendanaan yang lebih besar setelah invasi Rusia ke Ukraina dan tekanan China yang meningkat di Taiwan.