Gunakan Senjata Nuklir untuk Pertahanan, Putin Sebut Perang di Ukraina akan Berlangsung Lama

John Oktaveri
John Oktaveri
Diperbarui 8 Desember 2022 07:44 WIB
Jakarta, MI - Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa ancaman perang nuklir meningkat, tetapi dia menegaskan Rusia tidak "gila" dan tidak akan menggunakan senjata nuklirnya terlebih dahulu. Presiden Rusia bersikeras bahwa negaranya hanya akan menggunakan senjata pemusnah massal itu sebagai tanggapan atas serangan. Berbicara pada pertemuan dewan hak asasi manusia tahunan Rusia, dia juga mengatakan perang di Ukraina bisa menjadi "proses yang panjang". Pejabat Barat percaya bahwa Putin awalnya merencanakan kemenangan cepat. Namun kapasitas Rusia untuk menggunakan senjata nuklir telah mendapat pengawasan yang meningkat sejak menginvasi Ukraina pada bulan Februari. "Ancaman seperti itu berkembang dan akan salah untuk menyembunyikannya," ujar Putin memperingatkan saat berbicara tentang prospek perang nuklir melalui tautan video dari Moskow. Namun dia menegaskan bahwa Rusia "dalam keadaan apa pun" tidak akan menggunakan senjata terlebih dahulu dan tidak akan mengancam siapa pun dengan persenjataan nuklirnya. "Kami tidak gila, kami menyadari apa itu senjata nuklir," katanya. Dia menambahkan bahwa Rusia tidak akan berkeliling dunia mengacungkan senjata. Putin menegaskan bahwa Rusia memiliki senjata nuklir paling modern dan canggih di dunia. Akan tetapi dia mengatakan Rusia tidak sama dengan AS yang menempatkan senjata nuklir di negara orang. "Kami tidak memiliki senjata nuklir, termasuk yang taktis di wilayah negara lain, tetapi Amerika memilikinya di Turki dan di sejumlah negara Eropa lainnya," katanya seperti dikutip BBC.com, Rabu (8/12). Putin sebelumnya bersikeras bahwa doktrin nuklir Rusia hanya mengizinkan penggunaan senjata nuklir untuk pertahanan. Menyadari bahwa rencananya untuk mengklaim kemenangan dalam beberapa hari setelah menginvasi Ukraina telah gagal, Putin mengakui perang bisa menjadi "proses yang panjang". Namun, dia mengatakan hasilnya sudah "signifikan". Dia telah menguasai wilayah baru yang diklaim Rusia secara ilegal setelah referendum palsu di empat wilayah Ukraina. Putin membanggakan bahwa aneksasi telah menjadikan Laut Azov, yang berbatasan dengan Ukraina tenggara dan Rusia barat daya, sebagai "laut pedalaman" Rusia. hal itu, ujarnya, adalah aspirasi dari Tsar Rusia Peter yang Agung. Presiden Putin membandingkan dirinya dengan penguasa abad ke-17 dan ke-18 sebelumnya. Akan tetapi, meskipun mengklaim wilayah Kherson, Zaporizhzhia, Luhansk dan Donetsk sebagai wilayah baru Rusia, Moskow belum sepenuhnya mengontrol wilayah tersebut. Bulan lalu, pasukan Rusia terpaksa mundur dari kota Kherson, satu-satunya ibu kota regional yang mereka rebut sejak invasi Februari.