Li Qiang Resmi Jadi Perdana Menteri China, Ditugaskan Mengelola Ekonomi

Rekha Anstarida
Rekha Anstarida
Diperbarui 11 Maret 2023 13:50 WIB
Jakarta, MI - Mantan ketua partai Shanghai Li Qiang mulai menjabat sebagai perdana menteri baru China pada Sabtu (11/3), yang bertugas mengelola ekonomi terbesar kedua di dunia. Dilansir dari Channelnewsasia, Sabtu (11/3), pria berusia 63 tahun itu menggantikan Li Keqiang, yang telah mencapai akhir dari batas dua masa jabatannya. Pada pertemuan parlemen negara itu, Li Qiang menerima 2.936 suara setuju, dengan tiga suara menentang dan delapan abstain, menurut angka yang diproyeksikan pada layar di dalam Great Hall of the People. Nama Li terungkap sebagai pilihan untuk menempati posisi No 2 di China, pada sebuah kongres partai besar pada bulan Oktober lalu ketika Presiden China Xi Jinping meluncurkan jajaran kepemimpinan. Secara luas Li dianggap pragmatis dan ramah bisnis, Li akan dihadapkan pada tugas berat untuk menopang pemulihan ekonomi China yang tidak merata setelah tiga tahun pembatasan COVID-19, kepercayaan yang lemah di antara konsumen dan sektor swasta, serta tantangan global. Dia menjabat di tengah meningkatnya ketegangan dengan Barat, termasuk langkah AS untuk memblokir akses China ke teknologi utama dan karena banyak perusahaan global mendiversifikasi rantai pasokan untuk melindungi paparan China mereka, mengingat risiko politik dan gangguan era COVID-19. Ekonomi China tumbuh hanya 3 persen tahun lalu, dan pada hari pembukaan parlemen, Beijing menetapkan target pertumbuhan 2023 yang sederhana sekitar 5 persen, target terendah dalam hampir tiga dekade. Li Qiang adalah perdana menteri pertama sejak berdirinya Republik Rakyat yang belum pernah menjabat sebelumnya di pemerintah pusat, yang berarti dia mungkin menghadapi kurva pembelajaran yang curam di bulan-bulan awal bekerja, kata para analis.