Sahroni Soal Kasus Bullying: Bubarkan Geng-geng Sok Kuat

Reina Laura
Reina Laura
Diperbarui 20 Februari 2024 20:23 WIB
Bendahara Umum Partai NasDem, Ahmad Sahroni (Foto: Dhanis/MI)
Bendahara Umum Partai NasDem, Ahmad Sahroni (Foto: Dhanis/MI)

Jakarta, MI - Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni turut menyoroti kasus perundungan (bullying) oleh geng sekolah di SMA Binus Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), yang membuat seorang siswa SMA menjadi korban hingga rawat di rumah sakit.

Menurut Sahroni, polisi harus bertindak tegas terhadap semua pelaku tanpa terkecuali karena kasus bullying ini, sudah sangat meresahkan masyarakat. 

"Bubarkan geng-geng yang sok kuat. Buka posko aduan di sekolah, baik negeri maupun swasta. Kerja sama dengan pihak sekolah untuk selalu memantau bibit-bibit munculnya bullying," kata Sahroni kepada wartawan, Selasa (20/2).

Sahroni menilai, ketegasan polisi dalam menindak kasus bullying ini sangat penting dalam menunjukkan keseriusan negara, memutus rantai bullying. Kasus ini, lanjut Sahroni, harus diselesaikan dengan tegas agar menjadi contoh, dan pelajaran bagi semua.

"Jadi polisi harus bisa membongkar semua dengan sangat tegas," ujarnya.

"Kasus-kasus bullying sudah sangat meresahkan dan tidak semua dapat viral karena sudah saatnya, kita serius memutus rantai bullying di ranah pendidikan. Jadi, jangan anggap remeh kasus ini," jelasnya.

Sahroni pun meminta pihak kepolisian memanggil, dan memproses semua pihak yang diduga terlibat, tanpa terkecuali. Apalagi, kata dia, kasus bullying ini adalah masalah darurat yang terjadi pada pelajar, apapun latar belakangnya.

"Ini bukan pertama kalinya saya speak up terkait bullying. Hal ini karena saya melihat betapa bullying ini sudah mewabah di kalangan pelajar. Kalau dahulu identiknya bullying terjadi pada anak-anak dengan latar belakang premanisme, kini kita temukan, bullying juga terjadi di sekolah internasional," ungkapnya.

"Dalam hal ini, peran sekolah menjadi penting sekali dalam mencegah bullying dan saya yakin sebenarnya sekolah pasti tahu ada kelompok anak-anak sok jagoan di lingkungannya. Ya, tetapi mereka pura-pura tidak tahu saja sampai akhirnya terjadi bullying seperti ini," sambungnya.

Lebih lanjut, Sahroni tidak ingin restorative justice menjadi opsi utama, dalam penyelesaian kasus ini. Menurutnya, untuk memutus rantai bullying, perlu adanya bentuk tanggung jawab hukum dan ketegasan yang lebih.

"Penyelesaian dengan restorative justice boleh-boleh saja, tetapi bukan jadi opsi yang utama. Kita lihat dahulu sejauh apa perbuatan mereka selama ini," pungkas Sahroni.